Langsung ke konten utama

Artikel Terbaru

Sunan Ngudung

Sunan Ngudung  (lahir: ? - wafat:  1524 ) adalah  Imam   Masjid Demak  pada masa pemerintahan  Sultan Trenggana . Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan  Kerajaan Majapahit . As-Syekh Syarif Sabil Gelar Sunan Ngudung Nasab bin Khalifah Husein Nisbah Al - Qadiri Meninggal 1524 M Kesultanan Demak Dimakamkan di Bintoro, Demak, Demak Kebangsaan Kesultanan Demak Jabatan ~ Imam  Masjid Demak  (1521 - 1524) ~ Panglima Perang  Demak Firkah Sunni Murid dari Khalifah Husein ,  Guru-gurunya sembunyi Mempengaruhi Sunan Kudus ,  Sunan Muria ,  Dan Murid-murid Lainnya Istri Nyai Ageng Manyuran Keturunan sembunyi Pernikahan dengan Nyai Ageng Manyuran : -  Sunan Kudus - Dewi Sujinah (Istri  Sunan Muria ) Orang tua Khalifah Husein  (ayah) Nyai Gede Tondo (ibu) Berdasarkan Serat Walisana diketahui nama asli Sunan Ngudung adalah Syekh Sabil. Sedangkan, Serat Panengen menjelaskan dengan detail b...

Kadipaten Wengker

Kadipaten Wengker
( 941 - 1496 )
Peta perkiraan letak Kadipaten Wengker

IbukotaJetis
BahasaKawi
AgamaIslam, Hindu, Buddha, Animisme
Bentuk PemerintahanKadipaten
Peristiwa Penting- 941 M, Warok adalah gelar yang digunakan oleh raja Kerajaan Wengker yang bernama Prabu Jaka Bagus (Sri Gasakan).[10][11]

- 1030 M, Raja Wijayawarma dari Wengker, Ditaklukkan oleh Airlangga dari Panjalu. ( Prasasti Pucangan )

- 1328 - 1496 M, Menjadi  Bawahan Majapahit yang cukup penting ( Serat Pararaton )

- 11 Agustus 1496 M, Raden Bathara Katong Mendirikan Kadipaten Ponorogo di bekas Wilayah Wengker. ( Handbook of Oriental History )

Mata Uang
Masa dan Tahil (koin emas dan perak lokal)
Di Dahului OlehDi Gantikan Oleh
Belum diketahuiKadipaten Ponorogo

Wengker merupakan kadipaten tertua yang pernah berdiri di wilayah Kabupaten Ponorogo.

Luas Wilayahnya berada diantara Gunung Wilis hingga Gunung Lawu.[1] serta meliputi sebagian wilayah Surakarta, Pacitan,  Trenggalek dan Karesidenan Madiun.

Nama Wengker berasal dari bahasa Jawa "wêwêngkon kang angkêr" yang berarti wilayah yang menakutkan. Penamaan ini didasari oleh banyaknya bandit di wilayah tersebut, terutama di antara Gunung Wilis dan Gunung Lawu.[2]

Kesenian Reog merupakan salah satu hasil perkembangan budaya dari Kadipaten Wengker.[7] Reog digunakan dalam latihan perang yang diiringi dengan gamelan.[8]

Vassal Majapahit

Wengker menjadi negeri bawahan Majapahit yang paling utama. Raja yang memimpin bergelar Bhre Wengker.[5][13][14][15]

Bhre Wengker yang pernah menjabat ialah :

  1. Wijayarajasa 1328-1388 Par.27:15; 30:19; Nag.4:2[16][17]
  2. Ayahnya Sawitri 1389-1427 Par.30:12,17; 31:25[18]
  3. Girisawardhana 1429-1456 Par.32:15; War.Pitu[19][20]

Bukti - Bukti Sejarah
sunting

Prasasti Pucangansunting

Prasasti Pucangan ditulis oleh Airlangga pada tahun 963 Saka atau November 1041 Masehi. Prasasti ini menceritakan tentang keadaan Kerajaan Wengker sebelum masa kekuasaan Airlangga. Prasasti Pucangan dibagi menjadi dua bagian. Sebagian menggunakan bahasa Sanskerta, sedangkan sebagian lainnya menggunakan bahasa Jawa Kuno. Bagian yang berbahasa Jawa Kuno membahas tentang kerja sama antara Kerajaan Wengker, Kerajaan Sriwijaya, dan Kerajaan Lwaram dalam mengakhiri kekuasaan Dharmawangsa Teguh.[21]

Prasasti Mruwaksunting

Prasasti Mruwak ditemukan di Desa Mruwak. Prasasti ini berangka tahun 1108 Saka (1186 Masehi). Isi prasasti berupa keterangan tentang asal-usul keluarga dari raja Kerajaan Wengker. Dalam prasasti disebutkan bahwa Sri Jayawarsa Digjaya Sastraprabhu, merupakan keturunan keluarga raja Dharmawangsa Teguh. Pembuatan prasasti dimaksudkan untuk memperingati masa pemerintahannya yang berlangsung sejak tahun 1186 hingga 1204 Masehi.[22]

Prasasti Sirah Ketingsunting

Prasasti Sirah Keting di keluarkan oleh Sri Jayawarsa pada 8 November 1204 M ditemukan di wilayah Ponorogo yang memuat keterangan Raja Sri Jayawarsa menganugrahkan hak-hak istimewa kepada tokoh yang bernama Marjaya, karena telah menunjukkan kebaktiannya kepada Raja.

Prasasti Reneksunting

Prasasti Renek bertarikh 1379 Saka atau 1457 Masehi, dikeluarkan oleh Girishawardhana yang menyebut sebagai Bhatara ring Wengker menganugerahkan sima (tanah perdikan) kepada warga di Desa Renek.[23][24]

Candi Surawanasunting

Candi Surawana dibangun pada abad ke-14 Masehi. Candi ini terletak di Desa CangguKecamatan PareKabupaten Kediri. Tujuan pembangunannya adalah untuk memuliakan penguasa daerah Wengker yang disebut juga Bhre Wengker. Ia wafat pada tahun 1388 Masehi.[25]

Sumber Primer

  1. Prasasti Pucangan (1041 M)
  2. Prasasti Renek (1457 M)
  3. Prasasti Waringin Pitu (1447 M)
  4. Kitab Negarakretagama
  5. Serat Pararaton

Kutipan

  1. "Silsilah Lengkap Pararaja Majapahit Versi Siwi Sang"siwisang.wordpress.com. Diakses tanggal 17 Juli 2022.
  2. ^ "Tokoh Majapahit Paling Berpengaruh dalam Prasasti Waringin Pitu 1447 M"kompasiana.com. Diakses tanggal 17 Juli 2022.
  3. ^ "Kitab Pararaton (terjemahan)"majapahitprana.blogspot.com. Diakses tanggal 19 Desember 2021.
  4. ^ "Terjemahan Lengkap Naskah Manuskrip Nagarakretagama"historynote.wordpress.com. hlm. Pupuh 68. Diakses tanggal 19 Desember 2021.

Referensi


Pranala : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Wengker

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kerajaan Keling

Kerajaan Keling ( Ho - Ling ) ( 594 - 789 ) Peta perkiraan wilayah kekuasaan Kerajaan Keling Ibukota - Keling - Kalingga - Pragawati dan Warugasik - Kanjuruhan Bahasa Kawi, Melayu Kuno, dan Sanskerta Agama Islam, Hindu, Buddha, Animisme Bentuk Pemerintahan Kerajaan Raja-raja Keling - 594 - 605, Wasumurti - 605  -  632 ,  Wasugeni - 632 - 652, Wasudewa - 632 - 648, Kirathasingha - 648 - 674, Kartikeyasingha - 674 - 695, Ratu Shima - 695 - 709, Ratu Parwati   - 695 - 742, Radiyah Narayana - 742 - 760, Dewasingha - 760 - 789, Gajayana Peristiwa Penting - 594, Pendirian Keling oleh Prabu Wasumurti. - 632, terjadi dualisme pemerintahan, Wasudewa di Istana Keling dan Kirathasingha di Istana Kalingga. - 695, kembali terjadi dualisme pemerintahan, Ratu Parwati di Istana Pragawati dan Radiyah Narayana di Istana Warugasik. - 739, Perundingan Galuh II, menyepakati bahwa Pulau Jawa dibagi menjadi 4 Kekuasaan yaitu : Sunda, Galuh, Medang, dan Keling. - 760, Pemindah...

Sunan Ngudung

Sunan Ngudung  (lahir: ? - wafat:  1524 ) adalah  Imam   Masjid Demak  pada masa pemerintahan  Sultan Trenggana . Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan  Kerajaan Majapahit . As-Syekh Syarif Sabil Gelar Sunan Ngudung Nasab bin Khalifah Husein Nisbah Al - Qadiri Meninggal 1524 M Kesultanan Demak Dimakamkan di Bintoro, Demak, Demak Kebangsaan Kesultanan Demak Jabatan ~ Imam  Masjid Demak  (1521 - 1524) ~ Panglima Perang  Demak Firkah Sunni Murid dari Khalifah Husein ,  Guru-gurunya sembunyi Mempengaruhi Sunan Kudus ,  Sunan Muria ,  Dan Murid-murid Lainnya Istri Nyai Ageng Manyuran Keturunan sembunyi Pernikahan dengan Nyai Ageng Manyuran : -  Sunan Kudus - Dewi Sujinah (Istri  Sunan Muria ) Orang tua Khalifah Husein  (ayah) Nyai Gede Tondo (ibu) Berdasarkan Serat Walisana diketahui nama asli Sunan Ngudung adalah Syekh Sabil. Sedangkan, Serat Panengen menjelaskan dengan detail b...

Sunan Mertayasa

Syekh Khalifah Husein   atau   Sunan Mertayasa   Merupakan Ulama penyebar agama Islam di   Madura   dan sekitarnya. Beliau adalah putra dari   Maulana Ishaq   dengan Siti Zainab binti   Syekh Jumadil Qubro . As-Syekh Syarif Khalifah Husein Gelar Sunan Mertayasa Nasab bin Maulana Ishaq Nisbah Al Qadiri Lahir Khalifah Husein Dimakamkan di Martajasah, Bangkalan, Bangkalan Kebangsaan Majapahit Firkah Sunni Murid dari Maulana Ishaq ,  Sunan Ampel   Dan Guru-guru lainnya sembunyi Mempengaruhi Sunan Ngudung ,  Dan Murid-murid Lainnya Istri -  Nyai Gede Tondo -  Nyai Ageng Manyuro  binti  Sunan Ampel Keturunan Syarif Sabil Kholifah Suhuroh Orang tua Maulana Ishaq  (ayah)  Sayyidah Zainab  (Ibu) Menurut Serat Walisana Khalifah Husein adalah ayah dari Syekh Sabil. Sedangkan, Serat Panengen menjelaskan secara detail bahwa Khalifah Husein menikah dengan Nyi Ageng Manyuro. NYI Ageng Manyuro menikah 2 kali, pert...