| Kadipaten Wengker ( 941 - 1496 ) | |
|---|---|
| Ibukota | Jetis |
| Bahasa | Kawi |
| Agama | Islam, Hindu, Buddha, Animisme |
| Bentuk Pemerintahan | Kadipaten |
| Peristiwa Penting | - 941 M, Warok adalah gelar yang digunakan oleh raja Kerajaan Wengker yang bernama Prabu Jaka Bagus (Sri Gasakan).[10][11] - 1030 M, Raja Wijayawarma dari Wengker, Ditaklukkan oleh Airlangga dari Panjalu. ( Prasasti Pucangan ) - 1328 - 1496 M, Menjadi Bawahan Majapahit yang cukup penting ( Serat Pararaton ) - 11 Agustus 1496 M, Raden Bathara Katong Mendirikan Kadipaten Ponorogo di bekas Wilayah Wengker. ( Handbook of Oriental History ) |
| Mata Uang | Masa dan Tahil (koin emas dan perak lokal) |
| Di Dahului Oleh | Di Gantikan Oleh |
| Belum diketahui | Kadipaten Ponorogo |
Wengker merupakan kadipaten tertua yang pernah berdiri di wilayah Kabupaten Ponorogo.
Luas Wilayahnya berada diantara Gunung Wilis hingga Gunung Lawu.[1] serta meliputi sebagian wilayah Surakarta, Pacitan, Trenggalek dan Karesidenan Madiun.
Nama Wengker berasal dari bahasa Jawa "wêwêngkon kang angkêr" yang berarti wilayah yang menakutkan. Penamaan ini didasari oleh banyaknya bandit di wilayah tersebut, terutama di antara Gunung Wilis dan Gunung Lawu.[2]
Kesenian Reog merupakan salah satu hasil perkembangan budaya dari Kadipaten Wengker.[7] Reog digunakan dalam latihan perang yang diiringi dengan gamelan.[8]
Vassal Majapahit
Wengker menjadi negeri bawahan Majapahit yang paling utama. Raja yang memimpin bergelar Bhre Wengker.[5][13][14][15]
Bhre Wengker yang pernah menjabat ialah :
- Wijayarajasa 1328-1388 Par.27:15; 30:19; Nag.4:2[16][17]
- Ayahnya Sawitri 1389-1427 Par.30:12,17; 31:25[18]
- Girisawardhana 1429-1456 Par.32:15; War.Pitu[19][20]
Prasasti Pucangan
Prasasti Pucangan ditulis oleh Airlangga pada tahun 963 Saka atau November 1041 Masehi. Prasasti ini menceritakan tentang keadaan Kerajaan Wengker sebelum masa kekuasaan Airlangga. Prasasti Pucangan dibagi menjadi dua bagian. Sebagian menggunakan bahasa Sanskerta, sedangkan sebagian lainnya menggunakan bahasa Jawa Kuno. Bagian yang berbahasa Jawa Kuno membahas tentang kerja sama antara Kerajaan Wengker, Kerajaan Sriwijaya, dan Kerajaan Lwaram dalam mengakhiri kekuasaan Dharmawangsa Teguh.[21]
Prasasti Mruwak
Prasasti Mruwak ditemukan di Desa Mruwak. Prasasti ini berangka tahun 1108 Saka (1186 Masehi). Isi prasasti berupa keterangan tentang asal-usul keluarga dari raja Kerajaan Wengker. Dalam prasasti disebutkan bahwa Sri Jayawarsa Digjaya Sastraprabhu, merupakan keturunan keluarga raja Dharmawangsa Teguh. Pembuatan prasasti dimaksudkan untuk memperingati masa pemerintahannya yang berlangsung sejak tahun 1186 hingga 1204 Masehi.[22]
Prasasti Sirah Keting
Prasasti Sirah Keting di keluarkan oleh Sri Jayawarsa pada 8 November 1204 M ditemukan di wilayah Ponorogo yang memuat keterangan Raja Sri Jayawarsa menganugrahkan hak-hak istimewa kepada tokoh yang bernama Marjaya, karena telah menunjukkan kebaktiannya kepada Raja.
Prasasti Renek
Prasasti Renek bertarikh 1379 Saka atau 1457 Masehi, dikeluarkan oleh Girishawardhana yang menyebut sebagai Bhatara ring Wengker menganugerahkan sima (tanah perdikan) kepada warga di Desa Renek.[23][24]
Candi Surawana
Candi Surawana dibangun pada abad ke-14 Masehi. Candi ini terletak di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Tujuan pembangunannya adalah untuk memuliakan penguasa daerah Wengker yang disebut juga Bhre Wengker. Ia wafat pada tahun 1388 Masehi.[25]
Sumber Primer
- Prasasti Pucangan (1041 M)
- Prasasti Renek (1457 M)
- Prasasti Waringin Pitu (1447 M)
- Kitab Negarakretagama
- Serat Pararaton
Kutipan
- "Silsilah Lengkap Pararaja Majapahit Versi Siwi Sang". siwisang.wordpress.com. Diakses tanggal 17 Juli 2022.
- ^ "Tokoh Majapahit Paling Berpengaruh dalam Prasasti Waringin Pitu 1447 M". kompasiana.com. Diakses tanggal 17 Juli 2022.
- ^ "Kitab Pararaton (terjemahan)". majapahitprana.blogspot.com. Diakses tanggal 19 Desember 2021.
- ^ "Terjemahan Lengkap Naskah Manuskrip Nagarakretagama". historynote.wordpress.com. hlm. Pupuh 68. Diakses tanggal 19 Desember 2021.
Referensi
- Mulyana, Slamet (2006). Tafsir sejarah nagarakretagama (dalam bahasa Indonesia). PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 339 – 340. ISBN 978-979-2552-546.

Komentar
Posting Komentar