Sunan Ngudung (lahir: ? - wafat: 1524 ) adalah Imam Masjid Demak pada masa pemerintahan Sultan Trenggana . Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit . As-Syekh Syarif Sabil Gelar Sunan Ngudung Nasab bin Khalifah Husein Nisbah Al - Qadiri Meninggal 1524 M Kesultanan Demak Dimakamkan di Bintoro, Demak, Demak Kebangsaan Kesultanan Demak Jabatan ~ Imam Masjid Demak (1521 - 1524) ~ Panglima Perang Demak Firkah Sunni Murid dari Khalifah Husein , Guru-gurunya sembunyi Mempengaruhi Sunan Kudus , Sunan Muria , Dan Murid-murid Lainnya Istri Nyai Ageng Manyuran Keturunan sembunyi Pernikahan dengan Nyai Ageng Manyuran : - Sunan Kudus - Dewi Sujinah (Istri Sunan Muria ) Orang tua Khalifah Husein (ayah) Nyai Gede Tondo (ibu) Berdasarkan Serat Walisana diketahui nama asli Sunan Ngudung adalah Syekh Sabil. Sedangkan, Serat Panengen menjelaskan dengan detail b...
Kerajaan Taruma ( To - Lo - Mo ) ( 358 - 669 ) |
|
---|---|
Peta Wilayah Kerajaan Taruma
|
|
Ibukota | - Jayasinghapura (358 - 395) - Sundapura (395 - 669) |
Bahasa | Sunda Kuno, Sanskerta |
Agama | Hindhu, Buddha, Sunda Wiwitan |
Bentuk Pemerintahan | Kerajaan |
Raja-raja Taruma | - 358 - 382, Jayasingawarman - 382 - 395, Dharmayawarman - 395 - 434, Purnawarman - 434 - 455, Wisnuwarman - 455 - 515, Indrawarman - 515 - 535, Candrawarman - 535 - 561, Suryawarman - 561 - 628, Kertawarman - 628 - 639, Sudhawarman - 639-640, Hariwangsawarman - 640 - 666, Nagajayawarman - 666 - 669, Linggawarman |
Peristiwa Penting | - 358 M, Didirikan oleh prabu Jayasinghawarman - 395 M, Ibukota kerajaan di pindahkan ke Sundapura oleh prabu Purnawarman. - 436 M, Terjadi pemberontakan Cakrawarman pada masa pemerintahan prabu Wisnuwarman. - 669 M, Berganti nama menjadi kerajaan Sunda. |
Mata Uang | Emas dan Perak |
Di Dahului Oleh | Di Gantikan Oleh |
Kerajaan Salakanagara | Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh |
Sejarah berdirinya kerajaan Taruma
Berdasarkan Prasasti Allahabad, Pustaka Pararatwan I Bhumi Jawadwipa, dan Pustaka Nagara Kretabhumi Sarga I diceritakan bahwa pada masa itu kerajaan Magadha dipimpin oleh seorang raja bernama Samudragupta.
Pada masa pemerintahannya, Raja Samudragupta berhasil memperluas daerah kekuasaannya dengan melakukan invasi besar-besaran. Berikut adalah Daftar raja-raja yang berhasil ia taklukkan dan tunduk menjadi bawahannya.
- Mahendra dari Kosala,
- Vyaghra-raja dari Mahakantara,
- Mantaraja dari Kurala,
- Mahendragiri dari Pishtapura,
- Svamidatta dari Kottura,
- Damana dari Erandapalla,
- Vishnugopa dari Kanchi,
- Nilaraja dari Avamukta,
- Hastivarman dari Vengi,
- Ugrasena dari Palakka,
- Kubera dari Maharashtra,
- Dhanañjaya dari Kusthalapura.
Semua raja yang telah tunduk, diwajibkan mematuhi peraturan yang diterapkan di kerajaan Magadha. Bagi yang melanggar aturan akan dikenai sanksi dan hukuman, termasuk bagi raja yang ingin memberontak.
Raja-raja yang setuju dengan aturan kerajaan Magadha, diperbolehkan tetap menjadi raja bawahannya. Namun, bagi yang tidak setuju dipersilahkan untuk meninggalkan kerajaannya.
Banyak raja-raja yang memilih untuk meninggalkan kerajaannya dari Pada harus tunduk Pada pemerintahan Samudragupta, termasuk keluarga raja Wisnugopa Dan Hastiwarman.
Wisnugopa adalah raja dari kerajaan Pallawa. Sedangkan, Hastiwarman adalah raja dari Salankayana. Keduanya memilih untuk meninggalkan kerajaannya dan berlayar menuju ke Nusantara.
Salah satu rombongan keluarga Pallawa, yang mengungsi ke Pulau Jawa, dipimpin oleh Darmawirya, kelak setelah menikah dengan Rani Sphatikarnawa Warmandewi, menjadi prabu Dewawarman Vlll (raja terakhir Salakanagara).
Pada tahun 348 M, ada seorang Maharesi bernama Jayasinghawarman dari Salankayana. Bersama dengan beberapa pasukan dan pengikutnya, berlayar menuju ke Pulau Jawa dan menetap di Jawa barat.
Tak lama kemudian, Sang Maharesi mendirikan sebuah Desa bernama Desa Taruma. Desa tersebut terletak di sebelah barat sungai Citarum. Wilayahnya termasuk ke dalam kekuasaan prabu Dewawarman VIII.
Beberapa tahun kemudian, desa tersebut semakin besar, bahkan menjadi sebuah kerajaan yang berada dibawah kerajaan Salakanagara. Ibukota kerajaan Taruma adalah Jayasinghapura.
Setelah menjadi raja Taruma, prabu Jayasinghawarman menikah dengan Dewi Iswari Putri Sulung Prabu Dewawarman VIII. Sehingga Beliau juga mewarisi kekuasaan kerajaan Salakanagara.
Sejak saat itu, prabu Jayasinghawarman meresmikan kerajaan Taruma sebagai negara yang merdeka dan berdaulat dengan menjadikan kerajaan Salakanagara sebagai bawahannya.
Raja - Raja Taruma
1. Jayasinghawarman (358 - 382)
Bergelar Sri Maharesi Rajadhirajaguru Jayasinghawarman Gurudharmapurusa.
Beliau adalah menantu Raja Dewawarman VIII.
Permaisurinya bernama Dewi Iswari bergelar Sri Iswari Tunggalprethiwi Warmandewi. Dari pernikahan mereka dikaruniai 3 orang anak, antara lain :
1. Dharmayawarman ( Putra Mahkota ),
2. Nagawarman, menjadi Panglima Angkatan Laut,
3. Dewi Amrawati, bersuami raja Medangpurwa ialah Prabu Yudhadana.
Setelah wafat, prabu Jayasinghawarman dimakamkan di tepi kali Gomati (Bekasi).
2. Dharmayawarman (382 - 395)
Bergelar Sri Maharesi Dharmayawarman Guru. Tidak diketahui secara pasti siapa permaisurinya, tapi tercatat Beliau memiliki beberapa anak diantaranya :
1. Purnawarman ( Putra Mahkota ),
2. Harinawarmandewi, bersuami pedagang kaya dari daerah Bharata,
3. Cakrawarman, menjadi Panglima Perang,
4. Menjadi duta kerajaan Taruma di Kerajaan Cina,
5. Aswawarman.
Sedangkan, dari istri keduanya Beliau memiliki beberapa putra, diantaranya :
1. Gajahwarman, Duta Besar Kerajaan Taruma di pulau Sumatera.
2. Padmawarman, Duta Besar Kerajaan Taruma di negeri Syangka.
3. Barunawarman, menjadi panglima angkatan laut kemudian menjadi menteri kelautan.
4. Sukretawarman, sebagai hakim.
Setelah wafat, Beliau dimakamkan di tepi kali Candrabhaga.
3. Purnawarman (395 - 434)
Bergelar Sri Maharaja Purnawarman Iswaradigwijaya Bhimaparakrama Surya Maha Purusa Jagatpati Purandara Sakti Pura Wiryajaya Lingga Triwikrama Buwanatala.
Beliau memiliki permaisuri bernama Sri Prameswari Indukirana, dari pernikahan mereka dikaruniai dua orang anak, yaitu Wisnuwarman dan Dewi Tarumawati. Sedangkan, dengan isteri kedua yang bernama Dewi Jwalita dikaruniai seorang putra bernama Karabhawarman.
Dua tahun sebelum ayahnya wafat, ia dilantik sebagai raja Taruma ketiga, pada tanggal 12 Maret 395 Masehi. Ayahnya, mengundurkan diri dari tahta kerajaan untuk menjadi seorang pertapa hingga akhir hayatnya.
Setelah menjadi raja, prabu Purnawarman segera memindahkan ibukota kerajaan. Dari Jayasinghapura ke Sundapura. kota tersebut dibangun di tepi kali Gomati.
Kemudian melantik adiknya yang bernama Cakrawarman sebagai Panglima Perang. Sedangkan, pamannya yang bernama Nagawarman dilantik menjadi Panglima Angkatan Laut.
Tiga tahun kemudian, Purnawarman membuat pelabuhan di tepi pantai. Pembuatannya, dimulai Pada tanggal 15 Desember 398 Masehi dan selesai pada tanggal 11 November 399 Masehi. Pelabuhan ini, menjadi pangkalan militer kapal-kapal perang kerajaan Taruma.
Selama masa pemerintahannya, prabu Purnawarman berhasil menaklukan kerajaan-kerajaan di Jawa Barat, yang belum tunduk kepada kekuasaan Taruma. Semua musuh yang diserangnya, selalu dapat dikalahkan. Sehingga oleh lawan-lawannya, dijuluki Harimau Taruma.
Sejak itulah, prabu Purnawarman menjadi raja yang sangat disegani di Jawa Barat. Bahkan, Taruma tumbuh menjadi kerajaan yang sangat luas kekuasaannya di Pulau Jawa.
Tiap tahun, semua raja bawahannya selalu datang di Purasaba Sundapura, untuk berbakti dan mempersembahkan upeti kepada Sri Maharaja Purnawarman. Raja-raja bawahan itu, datang ke Sundapura, tiap tanggal 11 bagian terang bulan Caitra (Maret-April).
Kemudian, dari tanggal 13 sampai tanggal 15, mereka berkumpul bersama-sama keluarga kerajaan Taruma, sambil menghadiri pesta yang dimeriahkan oleh tarian-tarian, dengan iringan suara gamelan yang merdu. Sang Maha raja menjamu tamu-tamunya dengan makanan dan minuman yang serba lezat.
Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, ia sangat memperhatikan pemeliharaan aliran sungai. Di mulai pada Tahun 410 M, ia memperbaiki aliran sungai Gangga di daerah Cirebon, yang waktu itu termasuk kawasan kerajaan Indraprahasta. Sungai tersebut bagian hilirnya, disebut Cisuba.
Kemudian pada tahun 412 M, ia memperbaiki dan memperindah aliran sungai Cupu yang terletak di kerajaan Cupunagara.
Selanjutnya pada tahun 413 M, ia juga memperbaiki dan memperindah Sungai Sarasah atau Sungai Manukrawa. Namun, ketika dilangsungkan upacara selamatan, prabu Purnawarman sedang sakit, sehingga kehadirannya diwakilkan oleh Mahamantri Cakrawarman.
Kemudian, prabu Purnawarman juga memperbaiki dan memperindah aliran sungai Gomati dan Candrabhaga. Sebelumnya sungai Candrabhaga juga pernah diperbaiki pada masa pemerintahan Jayasinghawarman, kakek prabu Purnawarman.
Jadi, Maharaja Purnawarman, mengerjakan hal itu untuk kedua kalinya. Pengerjaan sungai Gomati dan Candrabhaga ini, berlangsung pada tahun 417 M.
Disamping itu, prabu Purnawarman juga memperbaiki dan memperdalam aliran sungai Taruma pada tahun 419 M.
Semenjak prabu Purnawarman menjadi raja Taruma, angkatan perang Taruma diperbesar dan diperkuat. Baik dari Angkatan darat maupun angkatan laut juga dilengkapi persenjataannya. Oleh Karena itu, pasukan Taruma selalu memenangkan pertempuran.
Sejak tahun 399 Masehi sampai tahun 403 Masehi, prabu Purnawarman melancarkan perang terhadap bajak laut, yang merajalela di perairan barat dan utara.
Pembersihan terhadap kaum perompak ini, dimulai ketika seorang menteri kerajaan Taruma bersama 7 orang pengiringnya, ditawan kemudian dibunuh oleh perompak. Perang pertama dengan kaum perompak ini, terjadi di perairan Ujung Kulon. Angkatan Laut Taruma, dipimpin langsung oleh prabu Purnawarman.
Puluhan Armada perang Taruma, mengepung dua buah kapal perompak, di tengah laut. Dari 80 orang perompak, sebagian terbunuh dalam perang. Sisanya, sebanyak 52 orang dapat ditawan.
Kemungkinan besar, kawanan perompak yang ditumpas oleh Purnawarman tersebut, berada di perairan Teluk Lada.
Karena di tepi aliran Sungai Cidanghiang, tepatnya di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang. Telah ditemukan sebuah prasasti, dengan tulisan aksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta, yang isinya sebagai berikut :
vikrantayam vanipateh
prabbhuh satyaparakramah
narendraddhvajabutena crimatah
pumnavarmmanah
Terjemahannya :
(Ini tanda) penguasa dunia yang perkasa, prabu yang setia serta penuh kepahlawanan, yang menjadi panji segala raja, yang termashur Purnawarman (Danasasmita, 1984: 31).
Sehingga ditemukannya Prasasti Cidanghiang tersebut, diduga kuat sebagai tanda penghargaan atas kemenangan masyarakat sekitar sungai Cidanghiang, dalam menumpas para perompak.
Selain itu, prabu Purnawarman juga menyusun bermacam-macam pustaka yang berisi: Undang-undang kerajaan; Peraturan Ketentaraan; Siasat Perang; Keadaan daerah-daerah di Jawa Barat; Silsilah Dinasti Warman; Kumpulan Maklumat Kerajaan dan lainlain.
Sri Maharaja Purnawarman, wafat pada tanggal 24 November 434 Masehi dalam usia 62 tahun. Beliau dimakamkan di tepi sungai Citarum.
4. Wisnuwarman (434 - 455)
Bergelar Sri Maharaja Wisnuwarman Iswara Digwijaya Tunggal Jagatpati Sang Purandarasutah. Beliau adalah putra raja Purnawarman dengan Sri Prameswari Indukirana.
Pada masa pemerintahannya terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh seorang Panglima Perang bernama Cakrawarman. Cakrawarman adalah adik raja Purnawarman, yang ingin merebut tahta Taruma dari keponakannya.
Pemberontakan Cakrawarman terjadi pada tahun 436 M. Namun, berkat bantuan dari prabu Wiryabanyu dari Kerajaan Indraprahasta pemberontakan tersebut berhasil ditumpas.
Untuk menghargai jasa prabu Wiryabanyu, Wisnuwarman pun menikahi putri Suklawatidewi dan menjadikannya sebagai permaisuri.
Dari pernikahan tersebut mereka dikaruniai 2 putra, yaitu Indrawarman dan Widalawarman.
5. Indrawarman (455 - 515)
Bergelar Sri Maharaja Indrawarman Sang Paramarta Saktimaha Prabawa Lingga Triwikrama Buwanatala. Beliau adalah putra raja Wisnuwarman dengan Suklawatidewi.
Tidak diketahui secara pasti siapa permaisurinya, namun Dalam Naskah Wangsakerta tercatat memiliki 3 orang anak, antara lain :
1. Candrawarman (Putra Mahkota)
2. Dewi Komalasari, bersuami menteri kerajaan Kandari.
3. Santawarman, menjadi Brahmaresi.
Selain itu, tercatat pula adiknya yang bernama Widalawarman menjabat sebagai Panglima Perang. Sedangkan, Pamannya yakni Karabhawarman mendampinginya sebagai Petinggi Taruma.
6. Candrawarman (515 - 535)
Bergelar Sri Maharaja Candrawarman Hariwangsapurusakti Mahasuralaghawa Paramarta. Beliau memiliki 5 anak, antara lain :
1. Suryawarman (Putra Mahkota)
2. Mahisawarman, menjadi petinggi Taruma
3. Matsyawarman, menjadi Panglima Angkatan Laut
4. Dewi Bayusaribhumi, menjadi istri Putra Mahkota kerajaan Pali di Sumatera.
5. Dewi Bayurasa, menjadi istri prabu Samahawan dari Medang.
Pada masa pemerintahannya, Prabu Candrawarman menerapkan kebijakan Desentralisasi. Dengan melakukan pemekaran wilayah dan mengangkat kepala daerah baru atas dasar kesetiaan kepada Taruma. Kebijakan ini menjadikan Taruma, sebagai negara yang sangat stabil, sehingga penyalahgunaan kekuasaan dapat diatasi.
7. Suryawarman (535 - 561)
Bergelar Sri Maharaja Suryawarman Sang Mahapurusa Bhimaparakrama Hariwangsadigwijaya Buwanatala. Beliau memiliki 3 orang anak, antara lain :
1. Kertawarman (Putra Mahkota)
2. Sudhawarman, beristri putri raja Pallawa.
3. Dewi Tirta Kencana, menjadi istri Maharesi Manikmaya raja Kendan.
Sama seperti ayahnya, prabu Suryawarman juga menerapkan kebijakan Desentralisasi. Seperti yang terjadi Pada tahun 526 M, prabu Suryawarman merestui menantunya yang bernama Manikmaya, untuk mendirikan kerajaan baru di Kendan (sekarang masuk daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut).
Putra Maharesi Manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di Ibukota Taruma dan dilantik menjadi Panglima Perang Taruma.
8. Kertawarman (561 - 628)
Bergelar Sri Maharaja Kretawarman Mahapurusa Hariwangsa Digwijaya Salaka Bumandala.
Kertawarman memiliki permaisuri yang berasal dari Dinasti Salankayana. Pernikahan mereka berdua tidak dikaruniai anak. Oleh karena itu, raja menikah lagi.
Namun, pernikahan kali ini membuat seluruh keluarga istana gaduh. Sebab, prabu Kertawarman menikah dengan anak rakyat biasa dari golongan Sudra.
Kisah pertemuannya dimulai, ketika prabu Kertawarman sedang berburu di tengah hutan. Beliau bertemu dengan seorang gadis cantik, anak pencari kayu bakar di tepi sungai Candrabhaga. Gadis tersebut bernama Pwahaci Setyawati, putri dari Ki Parangdami dan Pwahaci Sembada.
Keadaan bertambah rumit ketika Setyawati berpura-pura hamil, padahal Kertawarman diketahui mandul. Untuk menutupi skandal ini, Sang Raja mengangkat anak bernama Bajragiri dari golongan sudra juga.
Upaya yang gagal, karena suasana kerajaan semakin memanas. Bahkan, Bajragiri selalu dihina oleh keluarga kerajaan dan tak dianggap ada tali persaudaraan.
9. Sudhawarman (628 - 639)
Bergelar Sri Maharaja Sudhawarman Mahapurusa Sang Paramarta Rsi Hariwangsa.
Beliau naik tahta menggantikan kakaknya, Karena prabu Kertawarman tidak mempunyai keturunan.
10. Hariwangsawarman (639 - 640)
Hariwangsawarman adalah putra Sudhawarman dengan permaisuri yang bernama Dewi Sri Maya. Beliau dibesarkan di kerajaan Pallawa. Didikan India tersebut menjadikannya keras dalam memegang aturan kasta.
Sehingga Bajragiri yang saat itu memegang jabatan senapati diturunkan pangkatnya menjadi penjaga gerbang keraton. Bajragiri yang sakit hati kemudian membunuh Hariwangsawarman.
11. Nagajayawarman (640 - 666)
Nagajayawarman adalah suami dari Dewi Murti sekaligus menantu raja Sudhawarman. Beliau Naik tahta menggantikan Iparnya, Hariwangsawarman.
12. Linggawarman (666 - 669)
Prabu Linggawarman memiliki permaisuri bernama Dewi Ganggasari putri prabu Wisnumurti dari Indraprahasta.
Dengan permaisurinya tersebut, Beliau dikaruniai dua putri, yang pertama bernama Dewi Minawati menjadi istri Tarusbawa dan yang kedua bernama Dewi Sobakancana menjadi istri Dapunta Hyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Setelah Beliau wafat pada tahun 669 M, menantunya yang bernama Tarusbawa dinobatkan menjadi raja baru. Sekaligus mengganti nama kerajaan Taruma menjadi kerajaan Sunda. Sejak itulah riwayat kerajaan Taruma berakhir.
Bendera Kerajaan
Bendera kerajaan Taruma, berupa bunga teratai di atas kepala gajah Erawata. Sedangkan, materai raja adalah lempengan daun emas berbentuk lebah atau kumbang.
Bendera Angkatan Lautnya, berlukiskan naga yang dikibarkan pada tiap kapal perang Taruma. Ada lagi bendera-bendera yang berlukiskan senjata adalah milik satuan-satuan tempur.
Seluruh kerajaan bawahan Taruma mempunyai bendera berlukiskan berbagai macam binatang.
Wilayah Taruma
Ada 48 kerajaan bawahan Taruma, yaitu :
1.Salakanagara (di Pandeglang)
2.Cupunagara (di Subang)
3.Nusa Sabey (di ?)
4.Purwanagara (di ?)
5.Ujung Kulon (di Pandeglang)
6.Gunung Kidul (di ?)
7.Purwalingga (di Purbalingga)
8.Agrabinta (di Cianjur)
9.Sabara (di ?)
10.Bumi Sagandu (di Majalengka)
11.Paladu (di ?)
12.Kosala (di Lebak)
13.Legon (di Cilegon)
14.Indraprahasta (di Cirebon)
15.Manukrawa (di Cimanuk)
16.Malabar (di Kab. Bandung)
17.Sindangjero (di ?)
18.Purwakerta (di Purwakarta)
19.Wanagiri (di ?)
20.Purwagaluh (di Banyumas)
21.Cangkuwang (di Garut)
22.Sagara (di ?)
23.Kubang Giri (di Tegal)
24.Cupugiri (di Sumedang)
25.Alengka (di Kab. Bandung)
26.Gunung Manik (Manikprawata)
27.Salaka Gadang (di ?)
28.Pasir Batang (di Banyumas)
29.Karang Sindulang (di Kab. Bandung)
30.Bitung Giri (di Majalengka)
31.Tanjung Kalapa (Jakarta Utara)
32.Pakuwan Sumurwangi (di Bogor)
33.Kalapa Girang (Jakarta Selatan)
34.Tanjung Camara (di Kuningan)
35.Sagara Pasir (di ?)
36.Rangkas (di Lebak)
37.Pura Dalem (di Karawang)
38.Linggadewa (di ?)
39.Wanadatar (di ?)
40.Jati Ageung (di Kuningan)
41.Setyaraja (di ?)
42.Wanajati (di ?)
43.Sundapura (di Bekasi)
44.Rajatapura (di Pandeglang)
45.Dua Kalapa (di Kelapa Dua, Jakarta Barat)
46.Pasir Muara (di Bogor)
47.Pasir Sanggarung (di Cisanggarung)
48.Indihiyang (di Tasikmalaya)
Catatan Penting :
Susunan Sejarah di atas merupakan data sementara, yang diperoleh dari sumber yang terdapat dibawah ini...
Apabila hendak menyalin atau mengutip sebagian artikel Ini, Harap disertakan Link dari artikel Ini beserta bukti dan referensinya.
Cek berkala, untuk mengetahui update terbaru tentang artikel Ini. Karena dapat berubah seiring ditemukannya Prasasti baru di Kemudian hari dan menunggu hasil Transkripsi beserta terjemahannya.
Bukti-Bukti Peninggalan :
- Prasasti Kebon Kopi,
- Prasasti Tugu,
- Prasasti Cidanghiang,
- Prasasti Ciaruteun,
- Prasasti Muara Cianten,
- Prasasti Jambu,
- Prasasti Pasir Awi,
- Situs Kampung Muara,
- Situs Ciampea,
- Situs Gunung Cibodas,
- Situs Tanjung Barat,
- Situs Tanjungpriok
- Situs Cilincing
- Situs Buni
- Situs Batujaya
- Situs Cibuaya
Manuskrip :
- Pararatwan Sundawamsatilaka;
- Serat Ghaluh i Bhumi Sagandhu;
- Pustaka Tarumarajyaparwawarnana;
- Pustaka Warmanwamsatilaka i Bhumi Dwipantara;
- Pustaka Serat Raja-raja Jawadwipa;
- Serat Purnawarmanah Mahaprabhawu Raja i Tarumanagara;
- Pustaka Sang Resi Ghuru.
- Pustaka Nagara Nusantara;
Data Luar Negeri :
- Prasasti Allahabad, dari India.
- Berita dari Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To-lo-mo ("Taruma") yang terletak di sebelah selatan.
- Berita dari Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusan dari To-lo-mo.
Referensi :
- Ali Sastraamidjaya, Data Kala Sejarah Kerajaan-kerajaan di Jawa Barat,
- Pangeran Wangsakerta, 1692. Pustaka Nagara Kretabhumi Sarga I,
- Pangeran Wangsakerta, Pustaka Pararatwan I Bhumi Jawadwipa.
Sumber Link :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tarumanagara
Komentar
Posting Komentar