Sunan Ngudung (lahir: ? - wafat: 1524 ) adalah Imam Masjid Demak pada masa pemerintahan Sultan Trenggana . Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit . As-Syekh Syarif Sabil Gelar Sunan Ngudung Nasab bin Khalifah Husein Nisbah Al - Qadiri Meninggal 1524 M Kesultanan Demak Dimakamkan di Bintoro, Demak, Demak Kebangsaan Kesultanan Demak Jabatan ~ Imam Masjid Demak (1521 - 1524) ~ Panglima Perang Demak Firkah Sunni Murid dari Khalifah Husein , Guru-gurunya sembunyi Mempengaruhi Sunan Kudus , Sunan Muria , Dan Murid-murid Lainnya Istri Nyai Ageng Manyuran Keturunan sembunyi Pernikahan dengan Nyai Ageng Manyuran : - Sunan Kudus - Dewi Sujinah (Istri Sunan Muria ) Orang tua Khalifah Husein (ayah) Nyai Gede Tondo (ibu) Berdasarkan Serat Walisana diketahui nama asli Sunan Ngudung adalah Syekh Sabil. Sedangkan, Serat Panengen menjelaskan dengan detail b...
Kerajaan Galuh (670 - 852) |
|
---|---|
Peta Wilayah Kerajaan Sunda dan Galuh
|
|
Ibukota | Kawali |
Bahasa | Sunda Kuno, Banyumasan |
Agama | Hindhu, Buddha, Sunda Wiwitan |
Bentuk Pemerintahan | Kerajaan |
Raja-raja Galuh | - 670 - 702, Wretikandayun - 702 - 709, Jalantara - 709 - 716, Sanna - 716 - 723, Purbasora - 723 - 732, Permana Dikusuma - 732 - 739, Tamperan - 739 - 783, Manarah - 783 - 799, Darmasakti - 799 - 806, Triwulan - 806 - 813, Brajanagara - 813 - 852, Linggabumi |
Peristiwa Penting | - 669 M, kerajaan Taruma berganti nama menjadi kerajaan Sunda. - 670 M, Wilayah Galuh melepaskan diri dari kekuasaan Sunda. - 716 M, Prabu Sanna berhasil dilengserkan. - 723 M, Raja Sunda yang bernama Sanjaya berhasil menaklukkan kerajaan Galuh. - 732 M, Perundingan Galuh I. - 739 M, Perundingan Galuh II. - 852 M, Linggabumi menyerahkan kekuasaan Galuh ke Rakeyan Wuwus Raja Sunda. |
Mata Uang | Emas dan Perak |
Di Dahului Oleh | Di Gantikan Oleh |
Kerajaan Taruma | Kerajaan Sunda Kesultanan Cirebon |
Sejarah Berdirinya Kerajaan Galuh
Berdasarkan Pustaka Nagara Kretabhumi Sarga I, dikisahkan Setelah prabu Linggawarman wafat, menantunya yang bernama Tarusbawa dinobatkan sebagai raja baru, Sekaligus mengganti nama kerajaan Taruma menjadi kerajaan Sunda. Pelantikannya berlangsung pada tanggal 18 Mei 669 M.
Setahun kemudian, raja Galuh di bawah pemerintahan Wretikandayun mengirimkan utusan ke istana Taruma, dengan membawa sebuah pesan. Isi pesan tersebut demikian :
“Sejak saat ini, saya beserta sejumlah kerajaan yang ada di sebelah timur sungai Taruma tidak lagi (berada) di bawah Taruma. (Kami) tak merasa menganggap ratu kepadamu, semata-mata hanya bersaudara dari satu leluhur (dengan)ku, ini (bukan berarti) memutuskan (hubungan. Tetapi, akan) lebih baik (bila) kita memperkuat persahabatan (?).
Dengan demikian, daerah-daerah yang masuk sebelah barat sungai Taruma adalah daerah kekuasaanmu. Sedangkan, daerah-daerah yang masuk sebelah timur sungai Taruma adalah daerah kekuasaanku. Dan saya tak lagi memberi upeti kepadamu.
Terus, janganlah bala tentaramu diperintah menyerang Ghaluh Pakwan yang demikian itu tak akan berhasil, (sebab) kerajaan Ghaluh memiliki angkatan perang yang besar, sekitar tiga kali lipat jumlahnya (dari) bala tentaramu.
Serta, banyak (juga) kerajaan di tengah-tengah pulau Jawa dan Jawa timur (yang) melindungiku. (kini) engkau telah mengetahui semuanya. Kita menjalin persaudaraan, sama-sama mengharapkan negaranya makmur sejahtera, dijauhkan (dari segala) marabahaya.
Tuhan yang berkuasa di atas segala kuasa karena (itulah) menganugerahkan kepada siapa yang melakukan tindak tanduk perbuatan, dan dengan tak ada kedengkian di hati kepada sesama manusia (?).
Saya tahu, engkau orang yang luhur, mendahulukan pada tujuan yang baik ini. Walaupun tak ada kemarahan, meskipun demikian aku meminta maaf, tamat.”
Demikianlah pesan yang disampaikan Raja Galuh dalam suratnya.
Beberapa hari kemudian, keinginan raja Galuh tersebut direstui oleh raja Sunda. Dengan membagi wilayah Sunda menjadi dua, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai batasnya.
Raja - Raja Galuh
1. Wretikandayun (670-702)
Bergelar Maharaja Suradarma Jayaprakosa. Beliau adalah putra Raja Kandiawan putra Raja Suraliman putra Raja Maharesi Manikmaya. Manikmaya menikah dengan Dewi Tirtakancana putri Maharaja Suryawarman, raja ke-7 Taruma (535-561 M).
Wretikandayun memiliki Istri bernama Dewi Manasih. Ia bergelar Prameswari Déwi Candrarasmi putri Resi Makandria. Mereka berdua dikaruniai tiga putra, yaitu :
- Jatmika, Rahyang Sempakwaja, Resiguru di Galunggung, lahir 620 M.
- Jantaka, Rahyang Kidul, Rahyang Wanayasa, Resiguru di Denuh (sekarang masuk wilayah Dusun Daracana, Desa Cikuya, kecamatan Culamega, Kabupaten Tasikmalaya), lahir 622 M.
- Jalantara, Rahyang Mandiminyak, putra mahkota Kerajaan Galuh, lahir 624 M.
Wretikandayun wafat di Menir.
2. Jalantara (702-709)
Bergelar Prabu Suraghana atau Suradharmaputra. Beliau menikah dua kali, pertama dengan Dewi Parwati putri Maharani Shima dari Keling. Dari pernikahan itu lahirlah Dewi Sannaha.
Yang kedua menikah dengan Dewi Wulansari yang melahirkan putra bernama Sanna.
3. Sanna (709-716)
Bergelar Prabu Bratasenawa. Beliau adalah Putra Jalantara dengan Dewi Wulansari. Istrinya bernama Dewi Sannaha dari Keling.
Setelah Jalantara wafat, Sanna naik tahta menjadi raja Galuh. Pelantikan Sanna tersebut rupanya mendapat kritikan dari sebagian besar keluarga kerajaan Galuh.
Bahkan Purbasora, Demunawan, dan Balangantrang menjalin kerjasama untuk melengserkan pemerintahan Sanna.
Pada tahun 716 M, Berkat bantuan pasukan dari Indraprahasta dan Sriwijaya, Purbasora berhasil mengalahkan Sanna dan menguasai Istana Galuh.
Dalam peristiwa itu, Sanna beserta keluarga, pelayan, dan pengikut setianya berhasil mengungsi ke Keling. Kemudian, Purbasora menobatkan dirinya sebagai raja Galuh yang baru.
4. Purbasora (716-723)
Bergelar Prabu Purbasora Jayasakti Mandraguna. Beliau adalah Putra Jatmika dengan Dewi Wulansari. Istrinya bernama Citrakirana putri Padmahariwangsa dari Indraprahasta.
Pada masa pemerintahannya, Ia mendapatkan serangan dari raja Sunda bernama Sanjaya. Sanjaya tidak terima jika Purbasora menjadi raja di Galuh. Karena Purbasora telah merebut tahta Galuh dari Ayahnya Sanjaya.
Untuk itulah, Sanjaya meminta bantuan kepada Jantaka. Agar mau membantu dalam upaya penggulingan Purbasora.
Dengan Imbalan, Jika berhasil putra Jantaka yang bernama Balangantrang akan diangkat menjadi raja Galuh.
Akan tetapi, Jantaka menolak dan memilih untuk bersikap netral.
Oleh karena itu, Sanjaya melanjutkan perjalanannya untuk menemui Rabuyut Sawal. Disana Sanjaya mendapatkan ijin untuk mendirikan pangkalan militer di Gunung Sawal.
Dengan prajurit yang terlatih, Sanjaya bersama Patih Anggada memimpin pasukan Sunda menyerang Galuh. Serangan tersebut dilakukan pada malam hari secara mendadak.
Dalam serangan tersebut, Purbasora beserta para abdi setianya gugur. Hanya Balangantrang yang berhasil melarikan diri bersama Wijayakusuma putra Purbasora.
5. Permana Dikusuma (723-732)
Setelah berhasil menguasai Galuh, Sanjaya mengangkat Permana Dikusuma sebagai raja Galuh. Serta menunjuk Tamperan sebagai Patih Galuh. Sejak tahun 723 M, Galuh resmi menjadi bawahan Sunda.
6. Tamperan (732-739)
Tamperan didalam Naskah Carita Parahyangan dan berita Nusantara III dianggap memiliki tabiat yang kurang baik.
Diberitakan mengganggu Dewi Pangrenyep, istri Permana Dikusuma, hingga melahirkan Banga. Ia pun disebut-sebut membunuh Permana Dikusuma.
Dari akumulasi perbuatannya ia dibunuh Sang Manarah, anak Permana Dikusuma.
Tamperan wafat pada tahun 739 M. Posisinya di Galuh digantikan Manarah, sedangkan Banga, anak Tamperan menggantikan posisi Tamperan di Sunda.
7. Manarah (739-783)
Peristiwa kematian Tamperan rupanya terdengar sampai ke Kerajaan Medang, hal itulah yang mengakibatkan Raja Sanjaya mengirimkan pasukannya untuk menyerang Galuh.
Konflik internal Diantara empat kerajaan kian memanas baik Sunda, Galuh, Medang, dan Keling sama-sama berebut hak waris kekuasaan atas tanah Jawa.
Untuk menghindari perang Saudara yang semakin besar, Resi Demunawan melakukan pertemuan dengan para pimpinan kerajaan tersebut, demi tercapainya perdamaian.
Sehingga diadakanlah perundingan Galuh ke II (739 M). Hasil perjanjian tersebut berhasil menetapkan hak waris masing-masing kerajaan dan mendamaikan konflik.
Hasil perjanjian tersebut mencatat Manarah sebagai ahli waris tahta Kerajaan Galuh. Sedangkan, Sunda di warisi oleh Banga.
Namun, berdasarkan Perjanjian Galuh II, posisi Sunda berstatus sebagai bawahan Galuh mulai tahun 739 M sampai dengan 759 M.
Manarah didalam cerita Lisan dikenal sebagai tokoh Ciung Wanara.
8. Darmasakti (783-799)
Manarah sebelum mengundurkan diri menyerahkan kekuasaanya kepada Manisri, suami Puspasari, salah seorang putri Manarah, disebabkan ia tidak memiliki putra laki-laki. Manisri berkuasa sejak tahun 783 sampai dengan 799 M, bergelar Prabu Darmasakti Wirajayeswara.
Manisri dan Puspasari dikenal sebagai tokoh cerita Lutung Kasarung. Manisri dikenal dengan nama Guruminda, sedangkan Puspasari dikenal dengan sebutan Purbasari.
Dikisahkan bahwa Purbalarang sebagai kakak tiri mengucilkan Purbasari dari kehidupan istana. Hingga akhirnya datang Sang Lutung Kasarung yang menemukannya. Singkat cerita Purbasari mendapatkan takhtanya dan bersanding dengan lutung yang ternyata seorang kesatria (Guruminda).
9. Triwulan (799-806)
10. Brajanagara (806-813)
Bergelar Prabu Brajanagara Jayabuana.
11. Linggabumi (813-852)
Rupanya Manarah dan keturunannya sangat sulit memperoleh anak laki-laki, karena itulah Linggabumi cicit dari Manarah, terpaksa menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada Rakeyan Wuwus, raja sunda keturunan Banga, suami adiknya.
Catatan Penting :
Susunan Sejarah di atas merupakan data sementara, yang diperoleh dari sumber yang terdapat dibawah ini...
Apabila hendak menyalin atau mengutip sebagian artikel Ini, Harap disertakan Link dari artikel Ini beserta bukti dan referensinya.
Cek berkala, untuk mengetahui update terbaru tentang artikel Ini. Karena dapat berubah seiring ditemukannya Prasasti baru di Kemudian hari dan menunggu hasil Transkripsi beserta terjemahannya.
Bukti - Bukti Peninggalan :
- Prasasti Mandiwunga,
- Prasasti Cikajang,
- Prasasti Rumatak,
- Prasasti Galuh,
- Situs Karangkamulyan.
Referensi :
- Ali Sastraamidjaya, Data Kala Sejarah Kerajaan-Kerajaan Di Jawa Barat,
- Pangeran Wangsakerta, 1692. Pustaka Nagara Kretabhumi Sarga I.
Sumber Link :
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Galuh
Komentar
Posting Komentar