Langsung ke konten utama

Artikel Terbaru

Sunan Ngudung

Sunan Ngudung  (lahir: ? - wafat:  1524 ) adalah  Imam   Masjid Demak  pada masa pemerintahan  Sultan Trenggana . Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan  Kerajaan Majapahit . As-Syekh Syarif Sabil Gelar Sunan Ngudung Nasab bin Khalifah Husein Nisbah Al - Qadiri Meninggal 1524 M Kesultanan Demak Dimakamkan di Bintoro, Demak, Demak Kebangsaan Kesultanan Demak Jabatan ~ Imam  Masjid Demak  (1521 - 1524) ~ Panglima Perang  Demak Firkah Sunni Murid dari Khalifah Husein ,  Guru-gurunya sembunyi Mempengaruhi Sunan Kudus ,  Sunan Muria ,  Dan Murid-murid Lainnya Istri Nyai Ageng Manyuran Keturunan sembunyi Pernikahan dengan Nyai Ageng Manyuran : -  Sunan Kudus - Dewi Sujinah (Istri  Sunan Muria ) Orang tua Khalifah Husein  (ayah) Nyai Gede Tondo (ibu) Berdasarkan Serat Walisana diketahui nama asli Sunan Ngudung adalah Syekh Sabil. Sedangkan, Serat Panengen menjelaskan dengan detail b...

Mataram

Kota Mataram
( 732 - 855 )
Peta perkiraan letak Kota Mataram

IbukotaMataram
BahasaKawi
AgamaIslam, Hindu, Buddha, Animisme
Bentuk PemerintahanKota
Peristiwa Penting732 - 855 M, Menjadi Ibukota Medang.

Mata Uang
Masa dan Tahil (koin emas dan perak lokal)
Di Dahului OlehDi Gantikan Oleh
- belum diketahuiKadipaten Mataram

Mataram (Aksara Bengalমাতরম্‌Hindi/Sanskrit: मातरम्; Tamil: மாதரம்;Telugu: "మాతరం"; Mātaram) yang berarti "Ibu".

Mataram merupakan salah satu kota kuno yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Medang, dan berkembang pesat menjadi Kesultanan Mataram. Mataram sekarang merupakan bagian dari Dataran Kewu.

SejarahSunting

Saat Mataram menjadi Ibukota MedangSunting

Meninjau dari beberapa prasasti periode Jawa Timur dijumpai frasa yang tertera di dalam beberapa prasasti, antara lain dalam prasasti Anjuk Ladangprasasti Paradah yang menyebutkan :

Terjemahan inskripsi: "... [wahai sekalian] engkau (yang mulia), yang melindungi kedaton leluhurmu di Medang, di bumi Mataram ..."

Frasa ini mengungkapkan nama kerajaan. Ini menunjukkan bahwa nama "Medang" sudah digunakan pada periode Jawa Tengah sebelumnya.

Ungkapan mḍaŋ i bhūmi mātaram berarti "Medang di tanah Mataram", yang berarti Medang adalah nama kedatuan dengan pusatnya di tanah Mataram.

Makna kita prasiddha di sini plural, sehingga rahyaŋta boleh jadi merujuk kepada para leluhur [yang meninggal] di Mataram.[1]

Namun, dengan memeriksa frasa dalam prasasti Mantyasih lempeng 1b: baris 7-8 yang menyebutkan:

Terjemahan inskripsi: "... leluhurmu dahulu. di medang, di poh pitu, penguasa mataram, sang ratu sanjaya ..."

Frasa ini mengungkapkan bahwa Sanjaya sebagai Rakai (penguasa) di tanah Mataram. Ini menunjukkan bahwa nama "Medang" sudah digunakan pada periode Jawa Tengah.

Ungkapan rahyaŋta rumuhun. ri mḍaŋ. ri poh pitu berarti "leluhur dahulu ada di Medang di Poh Pitu", yang berarti Mataram adalah sebagai nama wilayah administratif setingkat provinsi atau daerah khusus bagi kerajaan Medang.

Asal usul nama mdaŋ mungkin berasal dari nama lokal pohon "Medang", tumbuhan berbunga yang merujuk pada genus Phoebe.[2]

Vassal Majapahit

Mataram menjadi negeri bawahan Majapahit yang cukup penting. Raja yang memimpin bergelar Bhre Mataram. Berikut adalah daftar Bhre Mataram yang pernah menjabat ialah[3]:

1. Wikramawardhana ( 1353-1375 )

2. Rajasakusuma ( 1375-1399 )

3. Dyah Aniswari ( 1406-1415 )

4. Kertawijaya ( 1415-1429 )

5. Girindrawardhana Dyah Wijayakarana ( 1451-1478 )

Vassal Pajang

Sesuai perjanjian sayembara, Ki Panjawi mendapatkan tanah Pati dan Ki Ageng Pamanahan memperoleh tanah Mataram.[4]

Sejak tahun 1556, Ki Ageng Pamanahan beserta keluarganya, termasuk Ki Juru Martani, pindah ke Mentaok dan membuka pemukiman yang semakin berkembang kemudian disebut Kotagede.

Ki Ageng Pamanahan menjadi pemimpin pertama bergelar Kiyai Gede Mataram.[5]

Selanjutnya pada tahun 1584, Panembahan Senapati menjadi adipati menggantikan ayahnya yang telah mangkat. [6]

Saat menjadi Kesultanan MataramSunting

Berikut adalah daftar penguasa Kesultanan Mataram[7]:

NamaAwal memerintahAkhir memerintah
Danang Sutawijaya
Panembahan Senapati
15861601
Raden Mas Jolang
Anyakrawati
(Sunan Nyakrawati)
16011613
Raden Mas Jatmika
Anyakrakusuma
(Sultan Agung)
16131645
Raden Mas Sayyidin
Amangkurat I
(Sunan Tegalarum)
16461677
Raden Mas Rahmat
Amangkurat II
(Sunan Amral)
16771703
Raden Mas Sutikna
Amangkurat III
(Sunan Mas)
17031705
Raden Mas Darajat
Pakubuwana I
(Sunan Ngalaga)
17041719
Raden Mas Suryaputra
Amangkurat IV
(Sunan Jawi)
17191726
Raden Mas Prabasuyasa
Pakubuwana II
(Sunan Kumbul)
17261742
Raden Mas Garendi
Amangkurat V
(Sunan Kuning)
17421743
Raden Mas Prabasuyasa
Pakubuwana II

(Sunan Kumbul)

17451749

Sumber PrimerSunting

  1. Prasasti Anjuk Ladang
  2. Prasasti Mantyasih
  3. Kitab Negarakretagama
  4. Serat Pararaton

KutipanSunting

  1. ^ Muljana, Slamet (2005). Menuju Puncak Kemegahan. Yogyakarta: LKiS. ISBN 978-979-8451-35-5.
  2. ^ "Medang"KBBI.
  3. ^ "Kitab Pararaton (terjemahan)"majapahitprana.blogspot.com. Diakses tanggal 19 Desember 2021.
  4. ^ "Adiwijaya dari Pajang". Diakses tanggal 24 Desember 2021.
  5. ^ "Ki Ageng Pamanahan". Diakses tanggal 24 Desember 2021.
  6. ^ "Senapati dari Mataram". Diakses tanggal 24 Desember 2021.
  7. ^ G.P.H. Hadiwidjojo (1956). Paparabipun Para Nata Surakarta wiwit Mataram. Prabuwinatan, Surakarta. Jumênêng 1586 surud 1601, seda ing Kajênar

ReferensiSunting

Templat:Daftar Kota dan Kadipaten Kuno di Nusantara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kerajaan Keling

Kerajaan Keling ( Ho - Ling ) ( 594 - 789 ) Peta perkiraan wilayah kekuasaan Kerajaan Keling Ibukota - Keling - Kalingga - Pragawati dan Warugasik - Kanjuruhan Bahasa Kawi, Melayu Kuno, dan Sanskerta Agama Islam, Hindu, Buddha, Animisme Bentuk Pemerintahan Kerajaan Raja-raja Keling - 594 - 605, Wasumurti - 605  -  632 ,  Wasugeni - 632 - 652, Wasudewa - 632 - 648, Kirathasingha - 648 - 674, Kartikeyasingha - 674 - 695, Ratu Shima - 695 - 709, Ratu Parwati   - 695 - 742, Radiyah Narayana - 742 - 760, Dewasingha - 760 - 789, Gajayana Peristiwa Penting - 594, Pendirian Keling oleh Prabu Wasumurti. - 632, terjadi dualisme pemerintahan, Wasudewa di Istana Keling dan Kirathasingha di Istana Kalingga. - 695, kembali terjadi dualisme pemerintahan, Ratu Parwati di Istana Pragawati dan Radiyah Narayana di Istana Warugasik. - 739, Perundingan Galuh II, menyepakati bahwa Pulau Jawa dibagi menjadi 4 Kekuasaan yaitu : Sunda, Galuh, Medang, dan Keling. - 760, Pemindah...

Kerajaan Taruma (358-669)

Kerajaan Taruma ( To - Lo - Mo ) ( 358 - 669 ) Peta Wilayah Kerajaan Taruma Ibukota - Jayasinghapura (358 - 395) - Sundapura (395 - 669) Bahasa Sunda Kuno, Sanskerta Agama Hindhu, Buddha, Sunda Wiwitan Bentuk Pemerintahan Kerajaan Raja-raja Taruma -  358 - 382 ,  Jayasingawarman -  382 - 395,  Dharmayawarman -  395 - 434 ,  Purnawarman -  434 - 455 ,  Wisnuwarman -  455 - 515 ,  Indrawarman -  515 - 535 ,  Candrawarman -  535 - 561 ,  Suryawarman -  561 - 628 ,  Kertawarman -  628 - 639 ,  Sudhawarman -  639-640 ,  Hariwangsawarman -  640 - 666 ,  Nagajayawarman -  666 - 669 ,  Linggawarman Peristiwa Penting - 358 M, Didirikan oleh prabu Jayasinghawarman - 395 M, Ibukota kerajaan di pindahkan ke Sundapura oleh prabu Purnawarman. - 436 M,...

Sunan Mertayasa

Syekh Khalifah Husein   atau   Sunan Mertayasa   Merupakan Ulama penyebar agama Islam di   Madura   dan sekitarnya. Beliau adalah putra dari   Maulana Ishaq   dengan Siti Zainab binti   Syekh Jumadil Qubro . As-Syekh Syarif Khalifah Husein Gelar Sunan Mertayasa Nasab bin Maulana Ishaq Nisbah Al Qadiri Lahir Khalifah Husein Dimakamkan di Martajasah, Bangkalan, Bangkalan Kebangsaan Majapahit Firkah Sunni Murid dari Maulana Ishaq ,  Sunan Ampel   Dan Guru-guru lainnya sembunyi Mempengaruhi Sunan Ngudung ,  Dan Murid-murid Lainnya Istri -  Nyai Gede Tondo -  Nyai Ageng Manyuro  binti  Sunan Ampel Keturunan Syarif Sabil Kholifah Suhuroh Orang tua Maulana Ishaq  (ayah)  Sayyidah Zainab  (Ibu) Menurut Serat Walisana Khalifah Husein adalah ayah dari Syekh Sabil. Sedangkan, Serat Panengen menjelaskan secara detail bahwa Khalifah Husein menikah dengan Nyi Ageng Manyuro. NYI Ageng Manyuro menikah 2 kali, pert...