Langsung ke konten utama

Artikel Terbaru

Sunan Ngudung

Sunan Ngudung  (lahir: ? - wafat:  1524 ) adalah  Imam   Masjid Demak  pada masa pemerintahan  Sultan Trenggana . Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan  Kerajaan Majapahit . As-Syekh Syarif Sabil Gelar Sunan Ngudung Nasab bin Khalifah Husein Nisbah Al - Qadiri Meninggal 1524 M Kesultanan Demak Dimakamkan di Bintoro, Demak, Demak Kebangsaan Kesultanan Demak Jabatan ~ Imam  Masjid Demak  (1521 - 1524) ~ Panglima Perang  Demak Firkah Sunni Murid dari Khalifah Husein ,  Guru-gurunya sembunyi Mempengaruhi Sunan Kudus ,  Sunan Muria ,  Dan Murid-murid Lainnya Istri Nyai Ageng Manyuran Keturunan sembunyi Pernikahan dengan Nyai Ageng Manyuran : -  Sunan Kudus - Dewi Sujinah (Istri  Sunan Muria ) Orang tua Khalifah Husein  (ayah) Nyai Gede Tondo (ibu) Berdasarkan Serat Walisana diketahui nama asli Sunan Ngudung adalah Syekh Sabil. Sedangkan, Serat Panengen menjelaskan dengan detail b...

Kerajaan Keling

Kerajaan Keling
( Ho - Ling )
( 594 - 789 )
Peta perkiraan wilayah kekuasaan Kerajaan Keling
Ibukota- Keling
- Kalingga
- Pragawati dan Warugasik

- Kanjuruhan
BahasaKawi, Melayu Kuno, dan Sanskerta
AgamaIslam, Hindu, Buddha, Animisme
Bentuk PemerintahanKerajaan
Raja-raja Keling- 594 - 605, Wasumurti
- 605 - 632Wasugeni
- 632 - 652, Wasudewa
- 632 - 648, Kirathasingha
- 648 - 674, Kartikeyasingha
- 674 - 695, Ratu Shima
- 695 - 709, Ratu Parwati 
- 695 - 742, Radiyah Narayana
- 742 - 760, Dewasingha
- 760 - 789, Gajayana
Peristiwa Penting- 594, Pendirian Keling oleh Prabu Wasumurti.

- 632, terjadi dualisme pemerintahan, Wasudewa di Istana Keling dan Kirathasingha di Istana Kalingga.

- 695, kembali terjadi dualisme pemerintahan, Ratu Parwati di Istana Pragawati dan Radiyah Narayana di Istana Warugasik.

- 739, Perundingan Galuh II, menyepakati bahwa Pulau Jawa dibagi menjadi 4 Kekuasaan yaitu : Sunda, Galuh, Medang, dan Keling.

- 760, Pemindahan Ibukota ke Kanjuruhan oleh Prabu Gajayana.

- 789, Integrasi ke dalam Kerajaan Medang.
Letak Geografis- Di sebelah utara ada Laut Jawa,
- Di sebelah barat ada Kerajaan Taruma,
- Di sebelah selatan ada Samudera Hindia,
- Di sebelah timur ada pulau Bali.
Hasil BumiKulit Penyu, Emas, Perak, Cula Badak dan Gading Gajah.
Mata Uang
Masa dan Tahil (koin emas dan perak lokal)
Di Dahului OlehDi Gantikan Oleh
belum diketahuiKerajaan Medang

Raja-Raja Keling 

1. Wasumurti (594-605)

    Beliau memiliki dua anak, yaitu :  Wasugeni dan Dewi Wasundari, bersuami Kirathasingha.

2. Wasugeni (605-632)

     Beliau menikah dengan Dewi Paramita, putri raja Dinasti Pallawa dari istri yang kedua.

     Dari pernikahan mereka dikaruniai dua anak, yaitu : Wasudewa dan Dewi Sima atau Wasuwari, bersuami Kartikeyasingha.

3. Wasudewa (632-652)

     Beliau memiliki putra bernama Wasukawi.

3. Kirathasingha (632-648)
 
     Bergelar Prabhu Kirathasingha. Beliau pernah mengirimkan Utusan ke Cina, pada tahun 632 M dan 640 M.

       Dalam catatan I-Tsing dikisahkan bahwa pada tahun 644 M, ada seorang pendeta Budha bernama Hwining yang ditemani oleh pembantunya bernama Yunki berkunjung ke Kerajaan Keling untuk menerjemahkan kitab suci agama Budha ke dalam bahasa Cina.

       Proses penerjemahan ini dibantu oleh pendeta dari Kerajaan Keling yang bernama Janabadra. Kitab terjemahan yang dibuat oleh Hwining tersebut merupakan bagian terakhir dari Kitab Varinirvana yang mengisahkan tentang pembukaan jenazah Sang Buddha.

4. Kartikeyasingha (648-674)

     Bergelar Prabhu Kartikeyasingha sang mokteng Mahamerwacala. Beliau telah dua kali mengirimkan Utusan ke Cina, pertama pada tahun 648 M, dan kedua pada tahun 666 M. Diketahui, Beliau wafat di Gunung Mahameru.

     Dari pernikahan Prabu Kartikeyasingha dengan Dewi Sima, dikaruniai satu Putri dan satu Putra. yaitu :

* Dewi Parwati, diperisteri oleh raja Jalantara dari Galuh, 
* Radiyah Narayana, menjadi menantu raja Jayasinghanegara dari Keling.

5. Maharani Sima (674-695)

     Bergelar Sri Maharani Mahisa Suramardini Satyaputikeswara. Beliau adalah Ratu yang terkenal dari kerajaan Keling.

     Pada masa pemerintahannya, Hukum dan Keadilan diterapkan secara disiplin. Hal tersebut berlaku bagi seluruh warga negara Keling yang melanggar aturan akan diberikan sanksi tegas. 

     Suatu saat seorang saudagar Arab berkeinginan untuk membuktikan ketaatan rakyat Keling terhadap hukum yang diterapkan. 

     Ia meletakkan pundi-pundi uang di jalanan pusat kota. Ternyata tak ada seorangpun yang berani menyentuh atau pun mengambilnya. 

     Hingga suatu hari secara tidak sengaja kaki Putra Mahkota menyentuh pundi-pundi itu. Maka Ratu Sima memerintahkan agar anaknya di potong kakinya sebagai hukuman. 

     Karena hukuman itu dirasa terlalu berat, para penasehat Ratu memohon agar hukuman diperingan, namun Ratu tetap teguh dengan pendiriannya. 

     Setelah didesak, Ratu Sima memutuskan untuk memperingan hukumannya. Kaki putra mahkota tidak jadi dipotong tetapi hanya jari-jari kakinya saja.

     Setelah Ratu Sima wafat pada tahun 695 M, kerajaan Keling dibagi menjadi dua wilayah, antara lain : 

- Kerajaan Keling Utara, diserahkan kepada Dewi Parwati. Sedangkan,
- Kerajaan Keling Selatan diserahkan kepada Radiyah Narayana.

Kerajaan Keling Utara

6. Dewi Parwati (695-709)

       Bergelar Sri Maharani Dewi Parwati Tunggalpratiwi. Ia menikah dengan Prabu Jalantara dari Galuh. 

       Dari pernikahan mereka, lahirlah seorang putri bernama Dewi Sannaha. Kemudian, Dewi Sannaha menikah dengan Sanna.

Kerajaan Keling Selatan

6. Radiyah Narayana (695-742)

       Bergelar Rakryan Narayana Prabhu Iswarakesawalingga Jagatnata Bhuwanatala.

       Setelah Prabu Narayana wafat, Beliau digantikan oleh putranya yaitu Sang Prabu Dewasingha.

7. Dewasingha (742-760)

       Bergelar Rakryan Dewasingha Prabhu Iswaralingga Jagatnata.

       Beliau memiliki dua anak, yaitu : Gajayana dan Dewi Sudiwara yang menjadi istri Sanjaya.

8. Gajayana (760-789)

     Bergelar Prabu Gajayanalingga Jagatnata. Beliau menikah dengan Dewi Setrawati putri dari daerah Kanjuruhan

Dari pernikahan itu lahirlah Dewi Satyadarmika yang menjadi istri Rakai Panangkaran Dyah Pancapana.

Hubungan Diplomatik

Dengan Kerajaan Sunda

Hubungan kedua negara tersebut didasari oleh ikatan pernikahan antara Sanjaya dengan Dewi Tejakencana (Cucu Tarusbawa) yang melahirkan putra Mahkota bernama Tamperan Barmawijaya.

Dengan Kerajaan Galuh

Hubungan kedua negara tersebut didasari oleh 2 ikatan pernikahan, antara lain :

  1. Parwati menikah dengan Suraghana yang melahirkan putri bernama Sannaha.
  2. Sannaha menikah dengan Sanna yang melahirkan putra Mahkota bernama Sanjaya.

Dengan Kerajaan Medang

Hubungan kedua negara tersebut didasari oleh 2 ikatan pernikahan, antara lain :

  1. Dewi Sudiwara menikah dengan Sanjaya yang melahirkan putra Mahkota bernama Dyah Pancapana.
  2. Dewi Satyadarmika menikah dengan Dyah Pancapana yang melahirkan putra Mahkota bernama Rakai Panunggalan.

Dengan Kalingga (India)

Hubungan kedua negara tersebut didasari oleh 2 ikatan pernikahan, antara lain :

  1. Kirathasingha adalah Putra Mahkota kerajaan Kalingga di India, menikah dengan Dewi Wasundari yang melahirkan putra Mahkota bernama Kertikeyasingha.
  2. Kertikeyasingha menikah dengan Dewaniloka yang melahirkan putra Mahkota bernama Bhuswara.[2]

Dengan Kekaisaran Tiongkok

Hubungan kedua negara tersebut didasari oleh beberapa hal diantaranya :

  1. Adanya kunjungan I-Tshing ke Keling.
  2. Adanya catatan dari zaman Dinasti Tang yang mencatat keberadaan Kerajaan Keling di tanah Jawa.
  3. Adanya Pendeta Tionghoa bernama Hwining bekerjasama dengan Pendeta Jawa bernama Jnanabadra untuk menerjemahkan Kitab Agama Budha Ke dalam bahasa Tionghoa.

Dengan Kekhalifahan Bani Umayyah

Berdasarkan dokumentasi surat menyurat milik Kekhalifahan Bani Umayyah yang disimpan di Museum Granada, Spanyol, diketahui jika Khalifah Utsman bin Affan ketika itu sempat mengutus armada lautnya yang dipimpin Muawiyah bin Abu Sufyan untuk melakukan ekspedisi mengenalkan Islam ke daratan China, termasuk ke Nusantara.

"...Besar kemungkinan bahwa penyelidikan ke Tanah Jawa ini amat rapat persangkutannya dengan usaha beliau mendirikan armada Islam. Sebab, beliaulah yang mula-mula mendirikan armada angkatan laut dalam kekhalifahan Islam. Mungkin sekali bahwa setelah utusan itu atau mata-mata menyelidiki sendiri ke Tanah Jawa dan menguji informasi tentang keteguhan hati Ratu Simo. baginda hendak mengirim utusan memasuki pulau-pulau Melayu (Nusantara)," tulis Buya Hamka, dalam bukunya yang berjudul Sejarah Umat Islam.

Lalu armada laut yang dipimpin Muawiyah bin Abu Sufyan ini sempat singgah di Pantai Utara Jawa yang ketika itu berada dalam wilayah Kerajaan Keling.

Muawiyah bin Abu Sufyan yang dikemudian hari menjadi Khalifah Islam (pendiri Bani Umayyah) ini sebelumnya mendengar kabar ada Kerajaan Hindu di seberang lautan yang diperintah oleh seorang raja wanita yang bijaksana. Namun walau bercorak Hindu, Agama Buddha juga berkembang secara harmonis di tanah Keling pada saat dipimpin Ratu Shima.

Pamor Ratu Shima dalam memimpin kerajaannya sangat luar biasa, amat dicintai rakyat jelata hingga lingkaran para elit kekuasaan. Bahkan konon tak ada satu warga anggota kerajaan pun yang berani berhadapan muka dengannya, apalagi menantang.

Hal itu disebabkan oleh kharisma dari sang ratu sendiri yang luar biasa, sehingga siapapun amat segan kepadanya. Kabar mengenai kebijakan dan kejujuran Ratu Shima ini diperoleh dari para pedagang Arab yang telah sampai ke Kerajaan Keling.[1]

Bukti - Bukti Peninggalan :


- Prasasti Tuk Mas
- Prasasti Sojomerto
- Prasasti Dinoyo
- Candi Angin
- Candi Bubrah
- Candi Badut
- Kompleks Candi Dieng
Situs Puncak Songolikur Gunung Muria

Data Luar Negeri :

- Catatan Perjalanan I-tshing.
- Catatan dari Zaman Dinasti Tang.
- Catatan Surat-menyurat dari Kekhalifahan Bani Umayyah yang tersimpan di Museum Granada, Spanyol.

Referensi :

- Pustaka Rajyawarnana I Bhumi Nusantara karya Pangeran Wangsakerta.

Pranala : 

- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kalingga


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kerajaan Taruma (358-669)

Kerajaan Taruma ( To - Lo - Mo ) ( 358 - 669 ) Peta Wilayah Kerajaan Taruma Ibukota - Jayasinghapura (358 - 395) - Sundapura (395 - 669) Bahasa Sunda Kuno, Sanskerta Agama Hindhu, Buddha, Sunda Wiwitan Bentuk Pemerintahan Kerajaan Raja-raja Taruma -  358 - 382 ,  Jayasingawarman -  382 - 395,  Dharmayawarman -  395 - 434 ,  Purnawarman -  434 - 455 ,  Wisnuwarman -  455 - 515 ,  Indrawarman -  515 - 535 ,  Candrawarman -  535 - 561 ,  Suryawarman -  561 - 628 ,  Kertawarman -  628 - 639 ,  Sudhawarman -  639-640 ,  Hariwangsawarman -  640 - 666 ,  Nagajayawarman -  666 - 669 ,  Linggawarman Peristiwa Penting - 358 M, Didirikan oleh prabu Jayasinghawarman - 395 M, Ibukota kerajaan di pindahkan ke Sundapura oleh prabu Purnawarman. - 436 M,...

Sunan Mertayasa

Syekh Khalifah Husein   atau   Sunan Mertayasa   Merupakan Ulama penyebar agama Islam di   Madura   dan sekitarnya. Beliau adalah putra dari   Maulana Ishaq   dengan Siti Zainab binti   Syekh Jumadil Qubro . As-Syekh Syarif Khalifah Husein Gelar Sunan Mertayasa Nasab bin Maulana Ishaq Nisbah Al Qadiri Lahir Khalifah Husein Dimakamkan di Martajasah, Bangkalan, Bangkalan Kebangsaan Majapahit Firkah Sunni Murid dari Maulana Ishaq ,  Sunan Ampel   Dan Guru-guru lainnya sembunyi Mempengaruhi Sunan Ngudung ,  Dan Murid-murid Lainnya Istri -  Nyai Gede Tondo -  Nyai Ageng Manyuro  binti  Sunan Ampel Keturunan Syarif Sabil Kholifah Suhuroh Orang tua Maulana Ishaq  (ayah)  Sayyidah Zainab  (Ibu) Menurut Serat Walisana Khalifah Husein adalah ayah dari Syekh Sabil. Sedangkan, Serat Panengen menjelaskan secara detail bahwa Khalifah Husein menikah dengan Nyi Ageng Manyuro. NYI Ageng Manyuro menikah 2 kali, pert...