Kadipaten Jipang ( 1451 - 1725 ) | |
---|---|
Ibukota | Padangan |
Bahasa | Kawi |
Agama | Islam, Hindu, Buddha, Animisme |
Bentuk Pemerintahan | Kadipaten |
Peristiwa Penting | - 20 Oktober 1677 M, Status Kadipaten Jipang berubah menjadi Kabupaten Jipang. - 1725 M, Kabupaten Jipang berubah nama menjadi Kabupaten Rajekwesi. |
Mata Uang | Dinar dan Dirham |
Di Dahului Oleh | Di Gantikan Oleh |
Kadipaten Matahun | Kabupaten Rajekwesi |
Jipang adalah Salah satu Kadipaten yang pernah menjadi bawahan Kerajaan Majapahit, Kesultanan Demak, Pajang, dan Mataram.
Wilayah Kadipaten Jipang sekarang kira-kira mencakup kawasan Blora, Cepu, Lasem, dan Bojonegoro.
Nama "Jipang" masih dipakai sebagai nama desa di bagian selatan Kecamatan Cepu (Desa Jipang) yang dulu pernah menjadi kota kedudukan sang adipati.
Nama "Panolan" sekarang juga menjadi nama desa (Desa Panolan) yang tak jauh dari Jipang, tetapi sekarang berada di wilayah administrasi Kecamatan Kedungtuban.
Vassal Majapahit
Ratu Ayu Retno KumoloVassal Demak
- Pangeran Benawa .... - 1586
Vassal Mataram
- Pangeran Benawa .... - 1586
1. Pangeran Mas Toemapel (1677 - 1705)
Pada tanggal 20 Oktober 1677, status Jipang yang sebelumnya adalah kadipaten diubah menjadi kabupaten dengan Wedana Bupati Mancanegara Wetan, Mas Tumapel yang juga merangkap sebagai Bupati I yang berkedudukan di Jipang. Tanggal ini hingga sekarang diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Bojonegoro.
2. R. Tumenggung Surowidjojo (1705 - 1718)
3. R. Tumenggung Hario Matahun I (1718 - 1741)
Pada tahun 1725, ketika Susuhunan Pakubuwono II naik tahta, Raden Tumenggung Hario Matahun I diperintahkan untuk memindahkan pusat pemerintahan Kabupaten Jipang dari Padangan ke Desa Rajekwesi.
Lokasi Desa Rajekwesi sebagai ibukota baru adalah sekitar 10 kilometer di selatan kota Bojonegoro saat ini, yang membuat nama Kabupaten Jipang berubah menjadi Kabupaten Rajekwesi.
Warisan Sejarah
Nggawan Sore (Bengawan Sore): Tempat ini sangat bersejarah dimana dulu Adipati Jipang Arya Penangsang yang saat itu sebagai Penguasa terakhir Kerajaan Demak atau Sultan Demak kelima bertempur melawan pasukan pemberontak kiriman adipati Pajang Joko Tingkir. Saat ini Bengawan sore sudah di jadikan areal persawahan oleh penduduk sekitar, masih banyak batu bata bekas reruntuhan bangunan masa lampau di daerah ini ada beberapa versi batu bata yang sudah di teliti oleh team dari Universitas Indonesia ini adalah peninggalan dari kerajaan Wura Wuri.
Sigit: Adalah tanah lapang yg lumayan cukup luas di tengah – tengah persawahan desa Jipang, konon ceritanya dulu tempat ini adalah bekas bangunan masjid Arya Penangsang pada masa Kadipaten Jipang. Konon banyak warga desa Jipang yang menganggap tempat ini sebagai tempat yang keramat.
Gedong Ageng Adalah sebuah Komplek Pemakaman di Jipang. Di sinilah para petinggi Kerajaan Jipang di makamkan, di tempat ini terdapat petilasan Siti Hinggil, petilasan semayam keputren dan makam kerabat Kerajaan Jipang antara lain makam R Bagus Sumantri, R Bagus Sosro Kusumo, RA Sekar Winangkrong dan Tumenggung Ronggo Atmojo.
Makam Santri Songo Warga desa Jipang biasa menyebutnya “kramat songo” di sebut demikian karena di situ ada sembilan makam santri dari Pajang yang di bunuh oleh prajurit Jipang karena di curigai sebagai telik sandi atau mata – mata Adipati Pajang Joko Tingkir. Di tempat ini warga Desa Jipang setiap tahun ada agenda sedekah bumi dengan mementaskan wayang krucil, yaitu kesenian wayang khas Kerajaan DJipang pada masa ke emasannya.
Kedung nDrojo Adalah pertemuan antara muara sungai Tinggang desa Payaman dengan Bengawan solo di desa Jipang, karena arusnya cukup deras dan berputar membuat lingkaran sehingga menyebabkan dasar kedung nDrojo ini menjadi dalam dan karena kondisi inilah berbagai macam ikan membuat sarang di sini. Sehingga daerah ini terkenal banyak ikannya. Tapi karena arusnya yg melingkar dan kuat tadi banyak orang luar desa Jipang yang tidak mengenal medan ini menjadi korban tenggelam di daerah ini, maka sebaiknya anda harus di dampingi warga desa Jipang yang mengenal daerah ini bila ingin jalan – jalan daerah aliran bengawan solo ini.
Sungapan Adalah pertemuan antara muara kali Kecing dengan Bengawan solo yg terletak di RT.03 dukuh Judan desa Jipang. Alam yang sungguh sangat cantik & indah terutama saat matahari terbit. Dengan latar belakang dukuh Nogiri - desa Tebon kab. Bojonegoro. Di daerah ini kualitas pasirnya lumayan cukup bagus, sehingga banyak warga yang menambangnya, tetapi sayang mengexplorasinya sangat besar – besaran dengan mesin penyedot sehingga menyebabkan kerusakan di lingkungan sekitarnya.
Grumbul Cemplon Adalah rerimbunan pohon yang terletak di pinggir kali (sungai kecil anak bengawan solo) kecing RT04 dukuh Judan, karena rimmbunnya pohon di sini sehingga banyak jenis burung yg suka membuat sangkar di sini dan juga banyak banget ikannya. tetapi kalau dari luar kelihatan sangat gelap dan angker, kata warga sekitar banyak juga bangsa lelembut yg bermarkas di sini.
Kedung Ceret Adalah sebuah kedung yang masuk wilayah RT 06 dukuh Judan Jipang, alam yg elok nan mempesona akan kita dapatkan di sini terlebih di saat terbit matahari pagi dengan latar dinding padasnya. Kedung adalah daerah sungai yang arusnya berputar dan dalam, di tempat ini juga menjadi sarang ikan, sehingga menjadi tempat favorit warga untuk mancing apalagi kalau pas “pladu” menjadi tempat favorit mencari ikan yang sudah limbung.
Kedung Gogor Terletak +-300m di belakang langgar Sabilil muttaqqien dukuh Judan Jipang kedung yang terlelak di perbatasan dengan desa Kapuan ini kalau pas musim kemarau terdapat banyak “belik” belik adalah sumber mata air yg jernih yang airnya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari - hari. Di kedung Gogor ini banyak sarang ikan Dendeng sehingga menjadi tempat favorit para pencari ikan untuk “ngobati” di sini karena hasil yg di dapatkan pasti banyak.
Nggawan Sore (Bengawan Sore): Tempat ini sangat bersejarah dimana dulu Adipati Jipang Arya Penangsang yang saat itu sebagai Penguasa terakhir Kerajaan Demak atau Sultan Demak kelima bertempur melawan pasukan pemberontak kiriman adipati Pajang Joko Tingkir. Saat ini Bengawan sore sudah di jadikan areal persawahan oleh penduduk sekitar, masih banyak batu bata bekas reruntuhan bangunan masa lampau di daerah ini ada beberapa versi batu bata yang sudah di teliti oleh team dari Universitas Indonesia ini adalah peninggalan dari kerajaan Wura Wuri.
Sigit: Adalah tanah lapang yg lumayan cukup luas di tengah – tengah persawahan desa Jipang, konon ceritanya dulu tempat ini adalah bekas bangunan masjid Arya Penangsang pada masa Kadipaten Jipang. Konon banyak warga desa Jipang yang menganggap tempat ini sebagai tempat yang keramat.
Gedong Ageng Adalah sebuah Komplek Pemakaman di Jipang. Di sinilah para petinggi Kerajaan Jipang di makamkan, di tempat ini terdapat petilasan Siti Hinggil, petilasan semayam keputren dan makam kerabat Kerajaan Jipang antara lain makam R Bagus Sumantri, R Bagus Sosro Kusumo, RA Sekar Winangkrong dan Tumenggung Ronggo Atmojo.
Makam Santri Songo Warga desa Jipang biasa menyebutnya “kramat songo” di sebut demikian karena di situ ada sembilan makam santri dari Pajang yang di bunuh oleh prajurit Jipang karena di curigai sebagai telik sandi atau mata – mata Adipati Pajang Joko Tingkir. Di tempat ini warga Desa Jipang setiap tahun ada agenda sedekah bumi dengan mementaskan wayang krucil, yaitu kesenian wayang khas Kerajaan DJipang pada masa ke emasannya.
Kedung nDrojo Adalah pertemuan antara muara sungai Tinggang desa Payaman dengan Bengawan solo di desa Jipang, karena arusnya cukup deras dan berputar membuat lingkaran sehingga menyebabkan dasar kedung nDrojo ini menjadi dalam dan karena kondisi inilah berbagai macam ikan membuat sarang di sini. Sehingga daerah ini terkenal banyak ikannya. Tapi karena arusnya yg melingkar dan kuat tadi banyak orang luar desa Jipang yang tidak mengenal medan ini menjadi korban tenggelam di daerah ini, maka sebaiknya anda harus di dampingi warga desa Jipang yang mengenal daerah ini bila ingin jalan – jalan daerah aliran bengawan solo ini.
Sungapan Adalah pertemuan antara muara kali Kecing dengan Bengawan solo yg terletak di RT.03 dukuh Judan desa Jipang. Alam yang sungguh sangat cantik & indah terutama saat matahari terbit. Dengan latar belakang dukuh Nogiri - desa Tebon kab. Bojonegoro. Di daerah ini kualitas pasirnya lumayan cukup bagus, sehingga banyak warga yang menambangnya, tetapi sayang mengexplorasinya sangat besar – besaran dengan mesin penyedot sehingga menyebabkan kerusakan di lingkungan sekitarnya.
Grumbul Cemplon Adalah rerimbunan pohon yang terletak di pinggir kali (sungai kecil anak bengawan solo) kecing RT04 dukuh Judan, karena rimmbunnya pohon di sini sehingga banyak jenis burung yg suka membuat sangkar di sini dan juga banyak banget ikannya. tetapi kalau dari luar kelihatan sangat gelap dan angker, kata warga sekitar banyak juga bangsa lelembut yg bermarkas di sini.
Kedung Ceret Adalah sebuah kedung yang masuk wilayah RT 06 dukuh Judan Jipang, alam yg elok nan mempesona akan kita dapatkan di sini terlebih di saat terbit matahari pagi dengan latar dinding padasnya. Kedung adalah daerah sungai yang arusnya berputar dan dalam, di tempat ini juga menjadi sarang ikan, sehingga menjadi tempat favorit warga untuk mancing apalagi kalau pas “pladu” menjadi tempat favorit mencari ikan yang sudah limbung.
Kedung Gogor Terletak +-300m di belakang langgar Sabilil muttaqqien dukuh Judan Jipang kedung yang terlelak di perbatasan dengan desa Kapuan ini kalau pas musim kemarau terdapat banyak “belik” belik adalah sumber mata air yg jernih yang airnya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari - hari. Di kedung Gogor ini banyak sarang ikan Dendeng sehingga menjadi tempat favorit para pencari ikan untuk “ngobati” di sini karena hasil yg di dapatkan pasti banyak.
Sumber Primer
- Kitab Kapunggawan Jipang
- Babad Tanah Jawi
- Kitab Kapunggawan Jipang
- Babad Tanah Jawi
Kutipan
- "Prabuwijaya Dari Pajang" .wikipedia.org/wiki/Prabuwijaya_dari_Pajang. Diakses tanggal 31 Mei 2024.
- "Petilasan Kadipaten Jipang". blorakab.go.id. Diakses tanggal 31 Mei 2024.
Referensi
- Kitab Kapunggawan Jipang. PRA. Barik Barliyan Surowiyoto, SH Yayasan Keraton Djipang
- Kitab Kapunggawan Jipang. PRA. Barik Barliyan Surowiyoto, SH Yayasan Keraton Djipang
Komentar
Posting Komentar