Kabupaten Rajekwesi ( 1725 - 1828 ) | |
---|---|
Ibukota | Ngumpakdalem |
Bahasa | Jawa |
Agama | Islam, Hindu, Buddha, Animisme |
Bentuk Pemerintahan | Kabupaten |
Peristiwa Penting | - 1725 M, Kabupaten Jipang berubah nama menjadi Kabupaten Rajekwesi. - 1827 M, Pangeran Diponegoro menunjuk KRT. Sosrodilogo dan berhasil merebut wilayah Rajekwesi dari Belanda. - 2 Januari 1828 M, Kolonel Van Griesheim berhasil merebut kembali Kabupaten Rajekwesi. - 25 September 1828, Komisaris Jendral Du Bus de Ghisignies mengesahkan pergantian nama Rajekwesi menjadi Bojonegoro. |
Mata Uang | Dinar dan Dirham |
Di Dahului Oleh | Di Gantikan Oleh |
Kabupaten Jipang | Kabupaten Bojonegoro |
Rajekwesi merupakan Kabupaten yang pernah menjadi bawahan Kesultanan Mataram, dan Yogyakarta.
Lokasi Kabupaten Rajekwesi berada 10 kilometer dari selatan Kabupaten Bojonegoro tepatnya di Desa Ngumpakdalem.
Vassal Mataram
Sehingga, sejak 1725 nama kabupaten berubah dari Jipang menjadi Rajekwesi.
Berikut adalah daftar Bupati Rajekwesi Era Mataram :
- R. Tumenggung Hario Matahun I ( 1718 - 1741 )
- R. Tumenggung Hario Matahun II ( 1741 - 1743 )
- R. Tumenggung Hario Matahun III ( 1743 - 1755 )
Vassal Yogyakarta
Lalu, pada 1812 Kabupaten Rajekwesi secara resmi menjadi daerah jajahan. Karena pada 1811 Pulau Jawa direbut oleh Inggris dari Belanda. Bupati ditetapkan menjadi pegawai gupernemen.
Saat itu, R. Prawirosentiko yang menjabat sebagai bupati ke-10 (1811-1816). Prawirosentiko tidak merasa senang akan perubahan yang terjadi. Prawirosentiko sebagai keturunan bangsawan serta berdarah prajurit, hati nuraninya bergejolak.
Prawirosentiko lebih memilih pasif di bawah jajahan Inggris. Hingga akhinya, pada 1816 Prawirosentiko mengundurkan diri sebagai bupati yang mana di tahun itu juga Pulau Jawa kembali lagi di bawah jajahan Belanda.
Kemudian, Kabupaten Rajekwesi ikut dalam perang melawan penjajah Belanda dilancarkan oleh Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro pun mengirim salah seorang pembantu terdekatnya yakni Raden Tumenggung Sosrodilogo.
Dia ditunjuk sebagai wakil pribadi dan sekaligus menokohi perlawanan rakyat dalam perjuangan semesta membebaskan rakyat Jawa Tengah dari penindasan. Akhirnya, Kabupaten Rajekwesi berhasil direbut oleh Sosrodilogo bersama pasukannya pada 1827.
Satu pleton serdadu gupernemen berusaha mempertahankan sia-sia belaka. Diceritakan juga, Sosrodilogo bersama pasukannya membunuh para penggawa Belanda dan merusak serta membakar gedung-gedung pemerintahan Belanda yang ada di Rajekwesi.
Penjara pun dibuka oleh Sosrodilogo, para napi diajak menjadi pasukannya. Bupati ke-14 Raden Adipati Djojonegoro yang saat itu memimpin Rajekwesi sekaligus antek Belanda melarikan diri mengungsi ke Blora, kemudian ke Rembang.
Akhirnya rakyat Jipang dengan perasaan berbangga diri mengangkat Sosrodilogo menjadi Bupati Jipang di Rajekwesi 1827-1828. Jatuhnya Kabupaten Rajekwesi membuat cemas pejabat sementara residen Rembang P.H. Baren vn Lawick van Pabst.
Setelah Comissaris Jendral L.P.J Viscount Du Bus de Ghisignies menerima laporan tentang hal tersebut, segera memerintahkan kepada residen Rembang mengirimkan militer yang lebih kuat guna merebut Rajekwesi kembali. Pasukan gupernemen yang terdiri atas orang Belanda dan ‘bumiputra’ (Ambon, Halmahera, dan Madura) sebanyak 2.000 prajurit di bawah komando Kolonel Van Griesheim berhasil merebut kembali Kabupaten Rajekwesi pada 2 Januari 1828.
Rajekwesi pun rusak berantakan, sementara Sosrodilogo melanjutkan peperangan gerilya di pedesaan dan bukit-bukit. Sayangnya, akhirnya Sosrodilogo menyerah kepada Belanda pada 3 Oktober 1828.
Sosrodilogo dan saudaranya yang bernama Raden Bagus dijadikan sayembara, siapapun yang bisa menangkap atau membunuh dua orang tersebut akan memperoleh hadiah menggiurkan.
Dari hasil pemberontakan Sosrodilogo tersebut mampu membuat gupernemen Belanda kelimpungan. Sehingga Residen Rembang Baron de Salis mengusulkan kepada Raad van Indie (Dewan Hindia Belanda) untuk mengganti nama Rajekwesi dengan nama baru.
Karena saking bencinya dengan Sosrodilogo, Belanda ingin menghapuskan memori Rajekwesi yang telah hancur dengan mengusulkan dua nama baru yakni Bojonegoro dan Rajekwinangun.
Selanjutnya, Komisaris Jendral Du Bus de Ghisignies mengesahkan pergantian nama Rajekwesi menjadi Bojonegoro pada tanggal 25 September 1828. Kabupaten Bojonegoro dibangun kurang lebih 10 kilometer sebelah utara Kabupaten Rajekwesi. Berada di tepian Bengawan Solo serta jalan penghubung Bojonegoro-Surabaya.
Berikut adalah daftar Bupati Rajekwesi Era Yogyakarta :
- R. Ronggo Prawirodirjo I ( 1755 - 1756 )
- R. Purwodidjojo ( 1756 - 1760 )
- R. M. Guntur Wirotedjo ( 1760 - 1800 )
- R. Ronggo Djenggot ( 1800 - 1811 )
- R. Prawirosentiko ( 1811 - 1816 )
- R. Tumenggung Sumonegoro ( 1816 - 1821 )
- R. Tumenggung Sosrodiningrat ( 1821 - 1823 )
- R. Tumenggung Purwonegoro ( 1823 - 1825 )
- R. Adipati Djojonegoro ( 1825 - 1827 )
- R. Tumenggung Sosrodilogo ( 1827 - 1828 )
Warisan Sejarah
Museum Rajekwesi
Museum Rajekwesi
Sumber Primer
- Arsip Nasional Indonesia
- Arsip Kolonial Belanda
- Arsip Nasional Indonesia
- Arsip Kolonial Belanda
Kutipan
- "Kabupaten Bojonegoro" .wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bojonegoro. Diakses tanggal 9 Juni 2024.
- "Kilas Balik Bojonegoro, Dari Jipang, Rajekwesi, Hingga Nama Bojonegoro
".radarbojonegoro.jawapos.com. Diakses tanggal 9 Juni 2024.
Referensi
- Buku Sejarah Kabupaten Bojonegoro (Menyingkap Kehidupan dari Masa ke Masa).
- Buku Sejarah Kabupaten Bojonegoro (Menyingkap Kehidupan dari Masa ke Masa).
Komentar
Posting Komentar