Langsung ke konten utama

Artikel Terbaru

Sunan Ngudung

Sunan Ngudung  (lahir: ? - wafat:  1524 ) adalah  Imam   Masjid Demak  pada masa pemerintahan  Sultan Trenggana . Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan  Kerajaan Majapahit . As-Syekh Syarif Sabil Gelar Sunan Ngudung Nasab bin Khalifah Husein Nisbah Al - Qadiri Meninggal 1524 M Kesultanan Demak Dimakamkan di Bintoro, Demak, Demak Kebangsaan Kesultanan Demak Jabatan ~ Imam  Masjid Demak  (1521 - 1524) ~ Panglima Perang  Demak Firkah Sunni Murid dari Khalifah Husein ,  Guru-gurunya sembunyi Mempengaruhi Sunan Kudus ,  Sunan Muria ,  Dan Murid-murid Lainnya Istri Nyai Ageng Manyuran Keturunan sembunyi Pernikahan dengan Nyai Ageng Manyuran : -  Sunan Kudus - Dewi Sujinah (Istri  Sunan Muria ) Orang tua Khalifah Husein  (ayah) Nyai Gede Tondo (ibu) Berdasarkan Serat Walisana diketahui nama asli Sunan Ngudung adalah Syekh Sabil. Sedangkan, Serat Panengen menjelaskan dengan detail b...

Kabupaten Rajekwesi

Kabupaten Rajekwesi 
( 1725 - 1828 )
Peta perkiraan letak Kabupaten Rajekwesi 

IbukotaNgumpakdalem
BahasaJawa
AgamaIslam, Hindu, Buddha, Animisme
Bentuk PemerintahanKabupaten
Peristiwa Penting
- 1725 M, Kabupaten Jipang berubah nama menjadi Kabupaten Rajekwesi.

- 1827 M, Pangeran Diponegoro menunjuk KRT. Sosrodilogo dan berhasil merebut wilayah Rajekwesi dari Belanda.

2 Januari 1828 M, Kolonel Van Griesheim berhasil merebut kembali Kabupaten Rajekwesi.

25 September 1828, Komisaris Jendral Du Bus de Ghisignies mengesahkan pergantian nama Rajekwesi menjadi Bojonegoro.

Mata Uang
Dinar dan Dirham 
Di Dahului OlehDi Gantikan Oleh
Kabupaten JipangKabupaten Bojonegoro 

Rajekwesi merupakan Kabupaten yang pernah menjadi bawahan Kesultanan Mataram, dan Yogyakarta.

Lokasi Kabupaten Rajekwesi berada 10 kilometer dari selatan Kabupaten Bojonegoro tepatnya di Desa Ngumpakdalem.

Vassal Mataram

Ketika Susuhunan Pakubuwana II naik tahta pada tahun 1725 M. Susuhunan memerintahkan agar Raden Tumenggung Haria Matahun I selaku Bupati Jipang ke-3 (1718- 1741) memindahkan pusat pemerintahan Kabupaten Jipang dari Padangan ke Desa Rajekwesi.

Sehingga, sejak 1725 nama kabupaten berubah dari Jipang menjadi Rajekwesi. 

Berikut adalah daftar Bupati Rajekwesi Era Mataram :

  1. R. Tumenggung Hario Matahun I ( 1718 - 1741 )
  2. R. Tumenggung Hario Matahun II ( 1741 - 1743 )
  3. R. Tumenggung Hario Matahun III ( 1743 - 1755 )

Vassal Yogyakarta

Pada tahun 1755 M, politik devide et impera ala Belanda berhasil memecah belah Mataram menjadi dua. Yaitu Surakarta dan Yogyakarta Hadiningrat melalui Perjanjian Gianti. Akibatnya, Kabupaten Rajekwesi menjadi Vassal Kesultanan Yogyakarta saat kepemimpinan R.Tumenggung Hario Matahun III (1743-1755).

Lalu, pada 1812 Kabupaten Rajekwesi secara resmi menjadi daerah jajahan. Karena pada 1811 Pulau Jawa direbut oleh Inggris dari Belanda. Bupati ditetapkan menjadi pegawai gupernemen.

Saat itu, R. Prawirosentiko yang menjabat sebagai bupati ke-10 (1811-1816). Prawirosentiko tidak merasa senang akan perubahan yang terjadi. Prawirosentiko sebagai keturunan bangsawan serta berdarah prajurit, hati nuraninya bergejolak.

Prawirosentiko lebih memilih pasif di bawah jajahan Inggris. Hingga akhinya, pada 1816 Prawirosentiko mengundurkan diri sebagai bupati yang mana di tahun itu juga Pulau Jawa kembali lagi di bawah jajahan Belanda.

Kemudian, Kabupaten Rajekwesi ikut dalam perang melawan penjajah Belanda dilancarkan oleh Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro pun mengirim salah seorang pembantu terdekatnya yakni Raden Tumenggung Sosrodilogo.

Dia ditunjuk sebagai wakil pribadi dan sekaligus menokohi perlawanan rakyat dalam perjuangan semesta membebaskan rakyat Jawa Tengah dari penindasan. Akhirnya, Kabupaten Rajekwesi berhasil direbut oleh Sosrodilogo bersama pasukannya pada 1827.

Satu pleton serdadu gupernemen berusaha mempertahankan sia-sia belaka. Diceritakan juga, Sosrodilogo bersama pasukannya membunuh para penggawa Belanda dan merusak serta membakar gedung-gedung pemerintahan Belanda yang ada di Rajekwesi.

Penjara pun dibuka oleh Sosrodilogo, para napi diajak menjadi pasukannya. Bupati ke-14 Raden Adipati Djojonegoro yang saat itu memimpin Rajekwesi sekaligus antek Belanda melarikan diri mengungsi ke Blora, kemudian ke Rembang.

Akhirnya rakyat Jipang dengan perasaan berbangga diri mengangkat Sosrodilogo menjadi Bupati Jipang di Rajekwesi 1827-1828. Jatuhnya Kabupaten Rajekwesi membuat cemas pejabat sementara residen Rembang P.H. Baren vn Lawick van Pabst.

Setelah Comissaris Jendral L.P.J Viscount Du Bus de Ghisignies menerima laporan tentang hal tersebut, segera memerintahkan kepada residen Rembang mengirimkan militer yang lebih kuat guna merebut Rajekwesi kembali. Pasukan gupernemen yang terdiri atas orang Belanda dan ‘bumiputra’ (Ambon, Halmahera, dan Madura) sebanyak 2.000 prajurit di bawah komando Kolonel Van Griesheim berhasil merebut kembali Kabupaten Rajekwesi pada 2 Januari 1828.

Rajekwesi pun rusak berantakan, sementara Sosrodilogo melanjutkan peperangan gerilya di pedesaan dan bukit-bukit. Sayangnya, akhirnya Sosrodilogo menyerah kepada Belanda pada 3 Oktober 1828.

Sosrodilogo dan saudaranya yang bernama Raden Bagus dijadikan sayembara, siapapun yang bisa menangkap atau membunuh dua orang tersebut akan memperoleh hadiah menggiurkan.

Dari hasil pemberontakan Sosrodilogo tersebut mampu membuat gupernemen Belanda kelimpungan. Sehingga Residen Rembang Baron de Salis mengusulkan kepada Raad van Indie (Dewan Hindia Belanda) untuk mengganti nama Rajekwesi dengan nama baru.

Karena saking bencinya dengan Sosrodilogo, Belanda ingin menghapuskan memori Rajekwesi yang telah hancur dengan mengusulkan dua nama baru yakni Bojonegoro dan Rajekwinangun.

Selanjutnya, Komisaris Jendral Du Bus de Ghisignies mengesahkan pergantian nama Rajekwesi menjadi Bojonegoro pada tanggal 25 September 1828. Kabupaten Bojonegoro dibangun kurang lebih 10 kilometer sebelah utara Kabupaten Rajekwesi. Berada di tepian Bengawan Solo serta jalan penghubung Bojonegoro-Surabaya.

Berikut adalah daftar Bupati Rajekwesi Era Yogyakarta :

  1. R. Ronggo Prawirodirjo I ( 1755 - 1756 )
  2. R. Purwodidjojo ( 1756 - 1760 )
  3. R. M. Guntur Wirotedjo ( 1760 - 1800 )
  4. R. Ronggo Djenggot ( 1800 - 1811 )
  5. R. Prawirosentiko 1811 - 1816 )
  6. R. Tumenggung Sumonegoro 1816 - 1821 )
  7. R. Tumenggung Sosrodiningrat 1821 - 1823 )
  8. R. Tumenggung Purwonegoro 1823 - 1825 )
  9. R. Adipati Djojonegoro ( 1825 - 1827 )
  10. R. Tumenggung Sosrodilogo ( 1827 - 1828 )

Warisan Sejarah

  1. Museum Rajekwesi 

Sumber Primer

  1. Arsip Nasional Indonesia 
  2. Arsip Kolonial Belanda 

Kutipan

  1.  "Kabupaten Bojonegoro" .wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bojonegoro. Diakses tanggal 9 Juni 2024.
  2.  "Kilas Balik Bojonegoro, Dari Jipang, Rajekwesi, Hingga Nama Bojonegoro
    ".radarbojonegoro.jawapos.com. Diakses tanggal 9 Juni 2024.

Referensi

  • Buku Sejarah Kabupaten Bojonegoro (Menyingkap Kehidupan dari Masa ke Masa).

Pranala : 
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bojonegoro

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kerajaan Keling

Kerajaan Keling ( Ho - Ling ) ( 594 - 789 ) Peta perkiraan wilayah kekuasaan Kerajaan Keling Ibukota - Keling - Kalingga - Pragawati dan Warugasik - Kanjuruhan Bahasa Kawi, Melayu Kuno, dan Sanskerta Agama Islam, Hindu, Buddha, Animisme Bentuk Pemerintahan Kerajaan Raja-raja Keling - 594 - 605, Wasumurti - 605  -  632 ,  Wasugeni - 632 - 652, Wasudewa - 632 - 648, Kirathasingha - 648 - 674, Kartikeyasingha - 674 - 695, Ratu Shima - 695 - 709, Ratu Parwati   - 695 - 742, Radiyah Narayana - 742 - 760, Dewasingha - 760 - 789, Gajayana Peristiwa Penting - 594, Pendirian Keling oleh Prabu Wasumurti. - 632, terjadi dualisme pemerintahan, Wasudewa di Istana Keling dan Kirathasingha di Istana Kalingga. - 695, kembali terjadi dualisme pemerintahan, Ratu Parwati di Istana Pragawati dan Radiyah Narayana di Istana Warugasik. - 739, Perundingan Galuh II, menyepakati bahwa Pulau Jawa dibagi menjadi 4 Kekuasaan yaitu : Sunda, Galuh, Medang, dan Keling. - 760, Pemindah...

Kerajaan Taruma (358-669)

Kerajaan Taruma ( To - Lo - Mo ) ( 358 - 669 ) Peta Wilayah Kerajaan Taruma Ibukota - Jayasinghapura (358 - 395) - Sundapura (395 - 669) Bahasa Sunda Kuno, Sanskerta Agama Hindhu, Buddha, Sunda Wiwitan Bentuk Pemerintahan Kerajaan Raja-raja Taruma -  358 - 382 ,  Jayasingawarman -  382 - 395,  Dharmayawarman -  395 - 434 ,  Purnawarman -  434 - 455 ,  Wisnuwarman -  455 - 515 ,  Indrawarman -  515 - 535 ,  Candrawarman -  535 - 561 ,  Suryawarman -  561 - 628 ,  Kertawarman -  628 - 639 ,  Sudhawarman -  639-640 ,  Hariwangsawarman -  640 - 666 ,  Nagajayawarman -  666 - 669 ,  Linggawarman Peristiwa Penting - 358 M, Didirikan oleh prabu Jayasinghawarman - 395 M, Ibukota kerajaan di pindahkan ke Sundapura oleh prabu Purnawarman. - 436 M,...

Sunan Mertayasa

Syekh Khalifah Husein   atau   Sunan Mertayasa   Merupakan Ulama penyebar agama Islam di   Madura   dan sekitarnya. Beliau adalah putra dari   Maulana Ishaq   dengan Siti Zainab binti   Syekh Jumadil Qubro . As-Syekh Syarif Khalifah Husein Gelar Sunan Mertayasa Nasab bin Maulana Ishaq Nisbah Al Qadiri Lahir Khalifah Husein Dimakamkan di Martajasah, Bangkalan, Bangkalan Kebangsaan Majapahit Firkah Sunni Murid dari Maulana Ishaq ,  Sunan Ampel   Dan Guru-guru lainnya sembunyi Mempengaruhi Sunan Ngudung ,  Dan Murid-murid Lainnya Istri -  Nyai Gede Tondo -  Nyai Ageng Manyuro  binti  Sunan Ampel Keturunan Syarif Sabil Kholifah Suhuroh Orang tua Maulana Ishaq  (ayah)  Sayyidah Zainab  (Ibu) Menurut Serat Walisana Khalifah Husein adalah ayah dari Syekh Sabil. Sedangkan, Serat Panengen menjelaskan secara detail bahwa Khalifah Husein menikah dengan Nyi Ageng Manyuro. NYI Ageng Manyuro menikah 2 kali, pert...